Ditinggal Ibunya Menjelang Sidang, Robiah Jadi Lulusan Terbaik FUHUM UIN Walisongo

Foto: Ideapers.com

Baladena.Id, SEMARANG –UIN Walisongo mengukuhkan 607 wisudawan mulai dari jenjang ahli madia (D3), sarjana (S.1), magister (S.2) hingga doktor (S.3).  Pelaksanaan wisuda dipimpin langsung oleh Rektor UIN Walisongo, Imam Taufiq di Auditorium Kampus III, Rabu (20/11/19).

Dilansir dari Ideapers.com, dalam Surat Keputusan (SK) Rektor UIN Walisongo Nomor 100 Tahun 2019 menyebutkan 15 nama wisudawan berprestasi tertinggi pada masing-masing fakultas dan program. Wisudawan dengan IPK tertinggi UIN Walisongo diraih oleh Waliawati dari program sarjana Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) dengan perolehan IPK 3,93.

Selain Waliawati, salah satu yang menyita perhatian pada wisuda kali ini adalah Dewi Robiah. Mahasiswi cantik asal Kabupaten Pati itu dinyatakan sebagai lulusan terbaik FUHUM dengan IPK 3.92. Ada kisah duka dalam perjalanannya menuju pencapaian terbaik tersebut. Robiah, saat ditemui Redaksi Baladena.ID, mengisahkan betapa dia terpukul saat menjelang ujian munaqsyah (skripsi).

“Saya sangat bersyukur kepada Allah swt. Tidak mudah untuk mencapai pada level ini. Terutama saat menyelesaikan tugas akhir skripsi, Ibu yang selama ini selalu memberikan motivasi kepada Saya, harus lebih dulu menghadap Sang Pencipta. Tepat 40 Hari sebelum saya sidang”, ucap Robiah sambil meneteskan air mata.

Ia menceritakan proses penulisan skripsinya itu. “Saya mengerjakan skripsi di samping Ibu saya yang sedang berbaring di atas kasur rumah sakit. Anda bisa bayangkan bagaimana rasanya?” katanya.

Robiah menceritakan masa sulit saat itu dan dia dipaksa kuat oleh orang-orang yang mendukungnya. Dia bersyukur punya keluarga yang kuat.

“Saat itu, saya berada dalam sebuah fase yang sangat dilematis. Namun lagi-lagi Pa’e (Red: Bapak) datang dan terus memotivasi. Jadi tak ada alasan bagi saya untuk menyerah. Semoga Ibu di sana bangga dan bahagia melihat ini,” ungkapnya.

Selain keluarga di rumah, Robiah menambahkan, dirinya juga turut bersyukur karena punya keluarga idelogis yang selalu mendukungnya. Keluaga yang dimaksud adalah keluarga besar Monash Institute, sebuah lembaga nirlaba yang konsen dalam pemberdayaan generasi muda muslim.

“Saya berterima kasih kepada Abana Dr. Mohammad Nasih yang telah menginspirasi saya untuk berusaha tak kenal lelah. Beliau mengajarkan itu semua dengan memberikan contoh nyata secara langsung. Juga kepada guru-guru dan disciples di Monash Institute, terlebih teman-teman2015 yang selalu menyuport penuh usaha saya,” tuturnya.

Robiah menceritakan, dia dulu datang ke Semarang hanya untuk kuliah, tetapi begitu masuk Monash Institute, pikiran itu mulai hilang. Selain terus didorong menjadi akademisi, di Monash Institute juga didorong untuk menjadi aktivis dan pengusaha.

“Namun yang istimewa, di sini saya bisa menemukan lingkungan yang tepat untuk menghafalkan al-Qur’an dan memperdalam pengetahuan agama”, jelas Dewi.

Selain keluarga besar Monsh Institute, dia juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen-dosen yang selalu mendukungnya dan juga kawan-kawannya di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Perempuan yang juga sudah kuliah di pascasarjana UIN Waliosngo ini pernah menjadi sekretaris umum dan ketua umum Kohati HMI Korkom Walisongo Semarang periode 2017-2018.

Bersama dengan Pengurus Forhati Jateng Yunda Ummul

“Keterbatasan akan keadaan bukanlah alasan untuk berhenti menggapai cita-cita.  Kuatkanlah niat, buladkan tekad, milikilah semangat tinggi untuk menaklukan dunia utk kebahagian di akhirat. Dunia itu terhampar untuk dimiliki bagi yang berjiwa besar dan berdaya saing kuat. Doakan saya agar bisa segera menyelesaikan hafalan al-Qur’an saya,” pungkasnya. (Red: TGR/2022).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *