Monash Institutes sudah tiga tahun terakhi ini menyelenggarakan program untuk para santri kecil (Sancil). Terakhir dilakukan pekan lalu di dua tempat. Yang pertama di Pesantren Darul Qalam III Monash Institute, Ngaliyan, Semarang; tepatnya di samping kampus III UIN Semarang. Sedangkan yang kedua di Sekolah Alam Planet NUFO, di Desa Mlagen, Kec. Pamotan, Kab. Rembang.
Program untuk anak-anak usia SD dan SMP tersebut dimaksudkan untuk memperkenalkan jalan mudah menguasai bahasa Arab al-Qur’an. Sebab, dengan menguasai itu, mereka akan merasakan kemudahan menghafalkan al-Qur’an.
Menurut Abdul Rozaq, salah seorang ustadz yang sudah berkali-kali mengelola program ini, baik di Monash Institute Semarang maupun di Sekolah Alam Planet NUFO, capaian terbesar diraih pada program Sancil pada 21-28 lalu.
“Biasanya, sepekan program ini hanya bisa membuat anak-anak menguasai tashrif berpola tsulatsi mujarrad dan dua pola ruba’i mujarad fa”ala-yufa”ilu-taf’iilan dan af’ala-yuf’ilu-if’aalan. Namun program yang di Planet NUFO tempo hari, sampai tafa”ala-yatafa”alu-tafa”ulan dan istaf’ala-yastaf’ilu-istif’aalan. Ini sebuah capaian yang membuat kami sangat senang”, katanya menjelaskan. Padahal biasanya sharaf ini dianggap sebagai salah satu momok di pesantren. Namun, di Planet NUFO bahkan dipelajari dengan senang, sehingga bisa dihafalkan semuda menghafal lagu Garuda Pancasila.
“Dengan cara konvensional, untuk mencapai itu, biasanya perlu sekolah bertahun-tahun. Ternyata ini perlu sepekan saja. Maka kami sangat senang dan berusaha mencari penyebabnya”, katanya menambahkan.
Menurutnya, penyebab capaian terbesar itu adalah para Sancil bergabung dengan para siswa SMP alam Planet NUFO saat shalat berjama’ah. Dan setiap selesai shalat, mereka menghafal beramai-ramai dengan semangat dan sepenuh tenaga. Tiga kunci capaian itu ternyata adalah: lingkungan yang menyenangkan sehingga membuat semangat, guru yang profesional, dan teman-teman yang saling mendukung. Planet NUFO memberikan semua itu.
Suasana menyenangkan itulah yang membuat kebanyakan Sancil bersedih ketika dijemput orang tua masing-masing. Padahal sebenarnya mereka masih sangat ingin belajar dengan suasana kebersamaan yang menyenangkan.