Bekerjasama dengan Jin

Istimewa

Oleh: Dr. Achmad Maimun, M.Ag, Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Dakwah IAIN Salatiga

Salah satu jenis makhluk yang dititahkan oleh Allah di dunia ini adalah jin. Ia bagian dari alam gaib yang tidak bisa diindera oleh manusia. Karena itu, informasi yang valid mengenai eksistensi alam gaib termasuk tentang jin, hanyalah yang bersumber dari wahyu, al-Qur’an dan hadis, selainnya belum tentu valid, bisa benar bisa juga salah. Hikmah Jum’at kali ini hanya didasarkan pada keimanan semata dan untuk membahasnya merujuk pada dua buku berikut; al-‘Aqaaid al-Islaamiyah karya as-Sayyid Saabiq dan Aalam al-Jin wa asy-Syayaathiin karya Umar Sulaiman al-Asyqar.

Keberadaan makhluk gaib ini tampaknya telah dikenal oleh manusia sejak manusia itu ada. Bahkan Nabi Adam sendiri pernah bergaul dengan mereka, ada malaikat ada iblis. Karena itu, wajar jika di setiap masyarakat secara turun-temurun telah memiliki persepsi tentang makhluk gaib ini. Kepercayaan dinamisme dan animisme di masyarakat zaman dahulu merupakan bukti akan hal itu. Masyarakat Jawa misalnya mengenal dan menyebut alam ghaib dengan alam lelembut. Personifikasi dari lelembut itu bermacam-macam, demikian pula dengan status “sosial” nya juga berbeda-beda, ada yang laki-laki ada  yang perempuan. Ada pula yang berstatus sebagai ratu, ada yang tukang ambil uang orang. Yang ratu, misalnya Nyi Roro Kidul yang dipercaya sebagai  ratu penguasa Laut Selatan Jawa.  Sedangkan yang kerjaannya mengambil uang orang, dikenal dengan Tuyul.

Nah sekarang bagaimana Islam menginformasikan tentang alam ghaib, khususnya jin ini. Jin dititahkan oleh Allah dengan bahan dasar jilatan api. Ini sebagaimana dijelaskan oleh Allah antara lain dalam QS. Al-Hijr [15]: 27. QS. Ar-Rahman [55]: 15. Begitu pula dijelaskan oleh Rasulullah, sebagaimana kutipan hadits berikut ini.

عن عاعشة عن النبي صلي الله عليه وسلم خلقت الملائكة من نور وخلق الجان من ناروخلق ادم مما وصف لكم

Dari ‘Aisyah dar Nabi saw. Malaikat dititahkan dari cahaya, jin dititahkan dari api, dan Adam dititahkan dari apa yang telah disifatkan kepada kalian

Dari segi bahan dasarnya manusia dan jin berbeda. Dicipta dari tanah, manusia mewujud sebagai makhluk material yang bisa diindera, sementara itu jin dari jilatan api, mewujud sebagai makhluk yang tidak bisa diindera. Jika kita amati, api sebagai bahan dasar jin itu memiliki ciri antara lain tidak memiliki berat jenis dan volume, karena itu tidak memiliki bentuk yang tetap. Dengan begitu, api bisa masuk dan mengakses ke lubang yang sangat kecil sekalipun. Api yang asalnya kecil atau hanya percikan, bisa secara cepat dan tiba-tiba berkembang besar tanpa batas dan bahkan tak terkendali. Karakternya selalu naik ke atas dan maunya mengungguli yang lain, api itu tidak pernah menyala ke bawah, pasti ke atas. Karakter api yang demikian itu tampaknya melekat pula pada karakter jin ini.

Seperti manusia, jin juga butuh makan dan minum, hanya saja makanannya beda dari yang dimakan manusia. Makanan bagi jin adalah tulang. Karena itu, Rasulullah pernah melarang shahabat untuk beristinja menggunakan tulang. Berikut ini kutipan riwayatnya.

لا تستنجوا بالروث ولا بالعظام فانهما زاد اخوانكم من الجن

Janganlah kalian beristinja’ menggunakan barang kotor dan tulang karena keduanya adalah bekal bagi saudara kalian dari golongan jin.

Meskipun dari segi bahannya jin dan manusia berbeda, namun keduanya memiliki persamaan. Pertama keduanya diberi taklif atau beban oleh Allah untuk mengikuti syariat Allah. Karena itu keduanya diberi kemampuan akal, disamping itu juga ada keinginan-keinginan. Jin dan manusia juga memiliki kehendak yang memungkinkan untuk bisa memilih antara yang baik dan tidak, karena itulah kemudian mereka akan dikenai sanksi jika memilih jalan yang bertentangan dengan syariat dan akan diberi imbalan jika menjalankan perintah sesuai syariat Allah. Karena itu sebagaimana manusia, ada jin yang shalih dan taat beribadah kepada Allah, ada pula yang sebaliknya menentang perintah Allah, sebagaimana penjelasan QS. al-Jin [72]: 11.

وَأَنَّا مِنَّا الصَّالِحُونَ وَمِنَّا دُونَ ذَٰلِكَ ۖ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا

Sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.

Sementara itu bedanya lagi dengan manusia, jin bisa melihat manusia sementara itu manusia pada umunya tidak bisa melihat jin. Dan karena tidak bisa dilihat oleh mata manusia itulah ia dinamakan dengan jin. Di dalam bahasa Arab, lafal yang terdiri dari huruf jim dan nun biasanya menunjukkan arti sesuatu yang tidak terlihat mata secara langsung,  misalnya jin, janin, jannah, junnah dan sebagainya. Jin bisa merasuki manusia, sementara itu manusia tidak bisa merasuki jin. Allah dalam QS. Al-A’raf [7]: 27 menjelaskan ketidakmampuan manusaia melihat jin dan sebaliknya, sebagai berikut:

إنه يراكم هو وقبيله من حيث لا ترونهم

Sesungguhnya ia dan kabilahnya dapat melihat kalian semua, sementara itu kalian tidak dapat melihat mereka

Adapun yang gaib itu bisa merasuki manusia dijelaskan Allah dalam QS. Al-Baqarah [2]: 275 berikut ini.

الذين يأكلون الربوا لا يقومون إلا كما يقوم الذى يتخبطه الشيطان من المس

Orang-orang yang memakan/memanfaatkan riba itu tidak bisa berdiri kecuali seperti berdirinya orang yang kerasukan setan karena saking beratnya beban gila

Meskipun jJin tidak bisa dilihat oleh manusia, namun justru bisa dilihat oleh hewan piaraan.  Rasulullah menganjurkan kepada kita untuk berdoa memohon perlindungan Allah, jika di malam hari kok ada anjing yang menggonggong atau kuda yang meringkik. Mengapa kok disuruh memohon perlindungan kepada Allah, karena hewan-hewan tersebut sejatinya melihat sesuatu yang tidak dilihat oleh manusia. Nah, agar kita terjauh dari gangguan mereka maka kita memohon perlindungan kepada Allah, bukan kepada selain-Nya. Berikut ini kutipan haditsnya.

إذا سمعتم نباح الكلاب ونهيق الحمير بالليل فتعوذوا بالله من الشيطان فإنهن يرون ما لا ترون

Jika kalian mendengar gonggongan anjing atau ringkikan keledai di malam hari, maka berodalah meminta perlindungan Allah dari syaithan, karena mereka (hewan tersebut) melihat ap-apa yang tidak kalian lihat.

Semoga Allah senantiasa memberikan perlindungan kepada kita dari gangguan jin dan syaithan. Demikian Hikmah Jum’at kali ini, semoga Allah memberikan manfaat dengannya. Billaahi fii sabiili al-haq.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *