Keluarga Dokter, Diminta Memperjuangkan Kebijakan Kesehatan

Baladena.ID – Beredar kabar bahwa Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Amanat Nasional (PAN) akhirnya menempatkan Pengajar Ilmu Politik di Program Pascasarjana Ilmu Politik UI dan FISIP UMJ Dr. Mohammad Nasih, M.Si. sebagai caleg nomor urut 1 Dapil Jawa Tengah I yang meliputi Kota Semarang, Kabupaten Kendal, Kota Salatiga, dan Kabupaten Kendal.

Walaupun awalnya menolak untuk dicalegkan, karena masih dicegah oleh istri dan mertuanya, tapi akhirnya istri Mohammad Nasih merelakan dengan titipan memperjuangkan layanan kesehatan rakyat Indonesia yang sampai saat ini masih belum bagus. Belum bagus untuk rakyat, dan belum bagus untuk tenaga kesehatannya, terutama kesejahteraan nakes.

Pengasuh dua pondok pesantren (Darul Qalam – Rumah Perkaderan & Tahfidh al-Qur’an Monasmuda Institute Semarang dan Nurul Furqon Planet NuFo Rembang) dan sekaligus salah satu penggagas RUU Cuti Melahirkan itu menyatakan telah siap berjibaku untuk meraih satu kursi DPR RI di Jateng I.

“Saya ini pendidik. Merasakan bagaimana suka duka mengajar di perguruan tinggi negeri, swasta, dan juga pesantren. Setelah saya diskusikan dengan istri saya, juga adik-adik ipar saya yang juga dokter, ternyata pangkal persoalannya adalah kesehatan. Kalau kesehatan anak bagus sejak di dalam kandungan, maka kualitasnya juga bagus dan akan mudah dididik. Dan untuk membereskan ini, jalan paling efektif dan efisien ya kebijakan politik yang integralistik meliputi beberapa sektor. Kesehatan dan pendidikan ibarat dua sisi dari sekeping mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Karena harus melalui kebijakan politik, ya saya harus masuk ke dalam sistem politik,” terang suami dr. Oky Rahma Prihandani, Sp.A., M.Si.Med. itu.

Bacaan Lainnya

Karena aktivitas sehari-harinya menjadi pengajar dan pendidik, Mohammad Nasih tahu betul bagaimana kondisi di lapangan ketika mengajar dan mendidik orang.

“IQ rerata rakyat Indonesia saat ini masih sangat rendah. Hanya 78,49. Di antara faktor utamanya adalah gizi dan fasilitas kesehatan yang belum memadai. Stunting masih tinggi. Karena itu, diperlukan kebijakan yang integralistik. Sering kali saya mengajar serasa ngegas mobil yang mesinnya rusak. Walaupun sudah berusaha keras, tetapi hasilnya kurang optimal. Ini yang harus dibereskan melalui kebijakan politik,” pungkas mantan aktivis mahasiswa era reformasi yang karena demo kasus korupsi di kampus pernah diskorsing dua tahun ini.***

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar