Hijab turban kini menjadi salah satu tren yang populer di kalangan muslimah, terutama milenial dan Gen Z. Dengan bentuk lilitan kain yang simpel namun elegan, hijab turban menghadirkan kesan modern dan praktis, yang sangat cocok dengan gaya hidup dinamis generasi muda.
Popularitasnya tidak lepas dari pengaruh media sosial, di mana para hijabers dan influencer kerap memperkenalkannya sebagai alternatif hijab yang modis dan fleksibel.
Tren ini memiliki dampak positif, seperti mudah dalam menggunakannya, memberikan ruang untuk bereksplorasi dengan gaya yang fleksibel sehingga muslimah dapat mengkreasikan hijab turban sesuai gaya yang di inginkan, terutama dalam memperkenalkan hijab sebagai bagian dari ekspresi diri yang tetap sesuai dengan syariat.
Bagi banyak muslimah, hijab turban menjadi langkah awal untuk beradaptasi dengan hijab secara perlahan, terutama bagi mereka yang baru mulai berhijab. Selain itu, kehadiran tren ini mendorong pertumbuhan industri fashion muslimah, baik di tingkat lokal maupun global.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa ada juga tantangan yang menyertai tren ini. Hijab turban sering dianggap terlalu terfokus pada estetika, sehingga memunculkan kekhawatiran bahwa esensi hijab sebagai bentuk ketaatan kepada Allah bisa terpinggirkan. Tren ini juga berpotensi menciptakan standar kecantikan baru yang menekan muslimah untuk terus mengikuti perkembangan mode, terkadang dengan mengorbankan makna spiritual hijab itu sendiri.
Sebagai muslimah, penting untuk menyikapi tren hijab turban secara bijak. Mengikuti gaya modern tidak salah, asalkan tetap memahami bahwa hijab sebagai simbol ketaatan, bukan sekadar gaya fashion saja. Memadukan gaya dengan nilai-nilai agama dapat menjadi cara untuk memperkuat identitas muslimah tanpa kehilangan esensi spiritual kita sebagai muslimah yang taat kepada Allah, dengan menutup aurat dengan baik dan sesuai syariat islam.
Pada akhirnya, hijab turban bukan hanya tentang penampilan, tetapi juga tentang bagaimana kita menyeimbangkan antara kebutuhan gaya hidup modern dengan komitmen terhadap nilai-nilai keislaman. Tren ini dapat menjadi inspirasi, selama kita agar tetap mengutamakan makna hijab sebagai bentuk ibadah dan identitas diri kita sebagai muslimah.
Oeh : Yuliana Sulistyaningtyas, mahasiswa UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan, Prodi Komunikasi Penyiaran Islam