Daerah  

Tim KKN MIT-9 UIN Walisongo Sukssekan Agenda Posyandu di Enam Dukuh Kalisari, Sayung, Demak

Demak – Tim Kuliah Kerja Nyata- Maandiri Intensif Terprogam (KKN-MIT) IX Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang Posko 45 Kelurahan Kalisari, Kecamataan Sayung, Demak menyukseskan kegiatan posyandu delapan kali perjumpaan. Yakni, dua kali perjumpaan di bulan Januari dan enam kali perjumpaan di bulan Februari. Kegitan yang berbau balita ini diselenggarakan pada enam pos penimbangan di Kalisari, yaknni Manggian, Pendilan, Dukuhan, Kerajan Utara, dan yang terakhir diselenggarakan di Kerajan Selatan padaa Selasa (18/2).

Ibu Endang, bidan di desa Kalisari sekaligus penanggung jawab penyelenggaraan posyandu Kalisari menympikan pesan pada  Januari yang lalu saat di posyandu, bahwa posyandu pada periode Februari 2020 ada tambahan memberikan vitamin A pada balita. Maka, beliau mengharapkan bantuan kepada tim KKN supaya ikut mensukseskan kegiatan tersebut. Karena selain membeerikan vitamin, pesertanya yang melambung dari bisanya. bisa mencapai 80-120 balita tiap dukuh. Sehingga butuh banyak tenaga untuk mensukseskannya.

“Memang faktanya demikian. Bila saat posyandu hanya penimbangan para balita saja, peserta yang hadir hanya sekitar 30-60 balita. Lain lagi bila bertepatan ada tambahan seperti pemberian antibiotik, vitamin A, dan vaksin campak antusias warga mesti sangat tinggi demi buah hatinya,” pungkas Ibu Endang.

Kegiatan yang dihadiri oleh puluhan baita yang didampingi orangtuanya serta dibantu oleh tim KKN devisi kesehatan berlangsung partisipaatif. Pendaftaran mulai pada jam 08.00 pagi dengan mengumpulkan buku posyaandu di masing-maasing pos peenimbaangan. Setelah itu sesuai urutan peendaftaran para balita bergiliran diukur berat badan dan tinggi badannya. Pada tahap akhir semua balita yang telah diukur dan dicatat pada buku balita dengan tertib mendapatkan vitamin A.

Maulida, saah satu petugas penimbangan yang mendampingi bidan menuturkan bahwa kebisaan warga yang menghadiri posyandu jauh dari budaya mengantri. Meskipun sejak awal pendaftaran telah jelas diperingatkan. Demikian karena banyaknya balita yang menangis saat menghadiri posyandu sehingga membuat oraang tua dan bidan merasa kerepotan menghadapinya.

“Mungkin karena kebiasaan orang tua selalu memanjakan anak dengan menggendongnya terus menerus. Begitu anak melihat posyandu mereka jadi takut, karena tidak punya nyali. Bahkan hanya melihat timbangan saja mereka sudah pucat dan mengajak pulang. Bisa juga karena dari orang tua sendiri yang tidak rutin menghadiri pos penimbangan tiap bulannya, sehingga anak merasa asing dengan posyandu,” ungkap Maulida pada mahasiswa KKN.

“Ini bisa juga karena orang tua yang memanjakan anaknya. Idealnya mereka yang sudah bisa jalan sendiri tidak melulu digendong. Biarkan mereka mengasah jiwa keberaniannya. Orang tua hanya mendapingi saja,” tambah Fajar Bagaskara, petugaas dari Puskesmas yang ikut mendampingi bidan.

Peran orang tua sangat penting dalam rangka menerapkan kepekaan anak sejak dini. Tak hanya mengharuskan anaknya hadir dalam penimbangan. Namun juga memberikan ruang eksplorasi dan pendampingan yang tepat dalam kesehariannya. Supaya anak tumbuh sehat jasmani dan juga sehat secara psikis. [Red/ Alwi Sulthon]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *