Hidup bahagia tentunya menjadi dambaan setiap manusia. Mayoritas mengidentikkan hidup bahagia dengan harta yang melimpah, fisik yang menawan atau jabatan tertentu yang diraih. Tidak dipungkiri bahwa ketiga hal tersebut cukup menggiurkan bila dimiliki. Namun, nyatanya tak selamanya hal-hal tersebut membawa kebahagiaan, justru membawa malapetaka. Sebut saja Kate Spade dan koki ternama Amerika Serikat, Anthony Bour. Dua sosok terpandang yang banyak dikagumi khalayak umum berkat kesuksesan mereka. Namun, siapa sangka di puncak popularitasnya, mereka malah berujung pada kematian yang disebabkan oleh bunuh diri. Kasus ini menambah deretan nama2 orang ternama di dunia yang terjerumus dalam kasus bunuh diri. Tragedi tersebut secara tidak langsung menimbulkan pertanyaan besar dalam diri banyak orang mengenai apa sebenarnya definisi suatu kehidupan bahagia yang selama ini dielu-elukan banyak orang.
Dalam kasus bunuh diri kebanyakan depresi menjadi faktor utama penyebabnya. Masalah yang bertubi-tubi menerpa, seakan menjadi penyulut utama depresi. Padahal dalam kehidupan ini masalah merupakan hal yang mustahil tidak muncul. Ia dan kehidupan bagaikan tubuh dan bayangan, dimana ada kehidupan di situlah masalah pasti ikut hadir. Manusia cenderung menjadikan masalah sebagai hal negatif. Ketika menemukan masalah, mereka lebih cenderung memilih untuk menghindar daripada menghadapinya dan mencari jalan keluar dari masalah tersebut. Jika saja manusia bisamengubah mindset negatif tersebut menjadi positif, maka buakn tidak mungkin jika istilah depresi akan terhapus dari kams kehidupan ini.
Lalu, bagaimana cara agar jiwa tidak mudah tergoyah ketika mendapatkan suatu masalah? Yaitu dengan ta’aruf jiwa, alias mengenali diri sendiri. Proses mengenal diri adalah hal paling dasar yang harus dilakukan dalam hidup. Dengan mengenal diri sendiri manusia bisa tau seperti apa kepribadian asli yang ia miliki. Sebab, terkadang kepribadian yang ada pada seseorang, bukanlah kepribadian sejari yang ia miliki. Mealinkan terlalu banyak pengaruh tuntutan dari lingkungan sekitar. Sehingga tidak heran, banyak orang yang merasa tertekan dengan kehidupan yang dijalaninya tanpa tau apa sebab kegundahan tersebut.
Terkadang manusia akan mudah merasa iri ketika melihat pencapaian orang lain cenderung lebih unggul di atasnya. Maka, muncul keinginan untuk bisa menyamai pencapaian tersebut, bahkan menandinginya. Terkadang ia akan menjadikan figur tersebut sebagai idolanya, bahkan selalu menjadikan figur tersebut sebagai pemeran utama dalam setiap angan-angannya. Kemudian terciptalah istilah Halu, kata “andaikan” pun selalu menghantui kehidupan. Ketika halu ini tidak segera diatasi dengan baik, maka potensi depresi pun akan dengan mudah menyerang.
Ia pun lupa bahwa semua manusia lahir dengan potensi dan karakteristik yang berbeda-beda. Setiap manusia memiliki ranah kesuksesan masing-masing dengan jalur yang tidak sama satu sama lain. Ibarat bintang dilangit, setiap manusia bersinar dengan cara sendiri.
Manusia juga sering tertipu dengan istilah keinginan semu. Hal ini biasanya disebabkan oleh tekanan sosial yang nampak fana, namun berefek nyata. Contoh: Si A bergaul dengan komunitas yang keseluruhan anggotanya sudah memiliki kekasih, sedangkan si A belum memiliki kekasih sama sekali. Maka, dengan sendirinya hal tersebut berubah menjadi suatu tekanan yangseolah mewajibkan ia memiliki kekasih juga, seakan hal tersebut merupakan sebuah kompetisi. Kemudian si A pun dengan penuh ambisi mencari kekasih guna memenuhi kegundahan akibat tuntutan tersebut, ia tidak sadar bahwa hal ini hanyalah keinginan semu yang terbentuk dari komunitasnya. Alhasil ketika si A berhasil emndapatkan kekasih, akan tumbuh rasa puas sementara, selebihnya muncul rasa bosan, kosong dan sia-sia saja. Andaikata si A bisa lebih mengenal dan berdamai dengan diri sendiri, ia akan lebih bisa memilah manakah yang harus dijadikan prioritas terlebih dahulu dan mana yang hanyalah keinginan semu.
Kesalahan seperti ini bisa ita hindari jika kita mengenali diri sendiri, sehingga tidak mudah terperangkap dalam ambisi-ambisi pribadi atau ambisi-ambisi yang tumbuh dengan sendirinya sebab lingkungan sosial. Ambisi yang seakan-akan mnedorong untuk segera bergerak dan bertindak mengikuti kemauan yang ada. Berhentilah sejenak, untuk lebih menyelami diri sendiri. Kenali tujuan hidup atau hal yang membuat benar-benar membuat nyaman dan bahagia.