Mengapa Nabi Muhammad SAW Lebih Lama Berbisnis daripada Berdakwah?

​Dalam narasi sejarah yang lazim didengar, sosok Nabi Muhammad SAW sering kali hanya dicitrakan melalui 23 tahun masa kenabiannya.

Namun, sebuah fakta mendalam yang kerap terabaikan adalah beliau wafat pada usia 63 tahun dengan porsi kehidupan yang jauh lebih besar dihabiskan di tengah hiruk-pikuk pasar dan jalur perdagangan internasional daripada di belakang mimbar dakwah.

Beliau adalah seorang praktisi ekonomi yang matang jauh sebelum memikul beban sebagai pemimpin umat.

Tiga Dekade Menempa Integritas di Lapangan

​Perjalanan profesional beliau dimulai dari “sekolah kesabaran” sebagai penggembala kambing sejak usia dini—sebuah profesi yang beliau sebut sebagai prasyarat bagi setiap utusan Tuhan.

Beliau bersabda: “Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi melainkan ia pernah menggembala kambing” (HR. Bukhari).

Pengalaman ini bukan sekadar aktivitas fisik, melainkan latihan mengelola kelompok dan memahami karakter makhluk sebelum akhirnya beliau memimpin manusia.

​Karier bisnis global beliau dimulai pada usia 12 tahun saat pertama kali menembus pasar Syam. Sejak saat itu hingga usia 40 tahun, selama 28 tahun penuh, beliau bergelut dengan manajemen risiko, negosiasi lintas negara, dan strategi distribusi kafilah dagang yang kompleks.

Jika diakumulasikan sejak masa belajar kemandiriannya di usia 8 tahun, total waktu yang beliau habiskan sebagai praktisi ekonomi mencapai 32 tahun.

Angka ini sangat kontras jika dibandingkan dengan masa kenabian beliau yang hanya berlangsung selama 23 tahun.
​Branding “Al-Amin”: Sertifikasi Sosial dari

Dunia Usaha
​Kedalaman narasi ini menunjukkan bahwa integritas spiritual beliau tidak lahir dari ruang hampa. Gelar Al-Amin (Yang Terpercaya) yang melekat pada diri beliau bukanlah produk dari dakwah lisan, melainkan pengakuan jujur dari para kompetitor dan pelaku pasar atas rekam jejaknya yang tanpa cacat selama puluhan tahun di jalur perdagangan.

Kejujuran beliau merupakan aplikasi nyata dari prinsip Al-Qur’an:
​”Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah…” (QS. Al-Jumu’ah: 10)

​Beliau membuktikan bahwa etos kerja adalah bagian tak terpisahkan dari pengabdian kepada Sang Pencipta. Beliau sangat transparan terhadap kualitas barang dan mengharamkan praktik penimbunan (ikhtikar) maupun kecurangan dalam timbangan.

​Ketika akhirnya beliau diangkat menjadi Nabi pada usia 40 tahun, pengalaman 32 tahun di lapangan ekonomi menjadi modal utama dalam membangun peradaban.

Di Madinah, beliau tidak hanya mengatur urusan ibadah, tetapi merevolusi sistem pasar yang eksploitatif menjadi tatanan ekonomi yang berkeadilan.

Pemahaman beliau yang mendalam tentang arus barang dan modal membuat beliau mampu mendirikan “Pasar Madinah” sebagai pilar kekuatan umat yang mandiri.

Nabi Muhammad SAW memberikan pesan kuat bagi generasi modern: bahwa untuk memperbaiki dunia, seseorang harus terlebih dahulu teruji secara profesional di dalamnya.

Beliau adalah simbol bahwa kesuksesan spiritual harus berpijak pada integritas kerja yang nyata.

Dengan menghabiskan waktu lebih banyak berbisnis daripada berdakwah, beliau menunjukkan bahwa kejujuran di pasar adalah pintu masuk menuju kemuliaan di hadapan Tuhan dan manusia.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *