Ibarat kapal, Planet NUFO melaju makin kencang. Ide-ide kreatif dan inovatif yang memadukan antara pendidikan yang komprehensif dengan kewirausahaan benar-benar dijalankan. Komprehensif karena kurikulumnya bukan mengintegrasikan Islam dan sains-teknologi, melainkan mereintegrasikan sains dan teknologi ke dalam Islam. Istilah reintegrasi dipilih karena pandangan pendirinya, Dr. Mohammad Nasih, bahwa Islam adalah ajaran yang mencakup semua aspek kehidupan. Di dalam al-Qur’an juga banyak sekali ayat yang berisi tentang inspirasi kepada pengembangan sains dan teknologi. Hanya saja, dalam beberapa abad terakhir, umat Islam gagal memahaminya.

Kewirausahaan ditekankan karena Planet NUFO ingin melahirkan tidak hanya entrepreneur, tetapi sosiopreneur. Hanya mereka yang memiliki kemampuan wirausaha dan membangun jama’ah saja yang akan mampu menjadi sosiopreneur sejati. Dan Nabi Muhammad adalah contoh terbaik.

Berikut ini petikan wawancara baladena.id dengan Dr. Mohammad Nasih atau yang akrab dipanggil Abah Nasih:

Baladena: “Bisa kami mendapatkan sekelumit penjelasan tentang kenapa Planet NUFO mengambil jalan yang sangat berbeda ini?”

Abah Nasih: “Sudah tepat sekali frase sangat berbeda ini. Namun, perlu ada tambahan sebagaimana salah satu jargon yang kami tanamkan pada anak-anak di Planet NUFO adalah ‘different and the best’. Jadi tidak cukup hanya dengan berbeda, tetapi juga terbaik. Kalau asal beda saja, itu mudah. Terbaik ini yang membutuhkan usaha sepenuh kesabaran. Prinsipnya adalah kami ingin menggesa peningkatan kualitas SDM umat ini. Sudah lama kita tertinggal di segala lini kehidupan. Di antara penyebabnya adalah kita memisahkan antara dunia dan akhirat. Padahal doa kita adalah Allah memberikan kita kebaikan di dunia dan juga di akhirat. Dan kebaikan di dunia juga adalah kunci untuk mendapatkan kebaikan akhirat. Kalau dunia dan akhirat ini diibararkan kaki, sudah sekian lama umat ini berjalan dengan satu kaki. Maka terpincang-pincang. Lihat saja, secara umum mereka yang mahir berbicara agama, tidak paham sains dan teknologi. Demikian pula sebaliknya. Banyak yang lihai berbicara tentang konsepsi, teori, dan bahkan strategi jihad, namun giliran diperlukan logistik untuk berjihad, urusan jadi macet. Nabi Muhammad dan Ibu Khadijah sejak awal sudah mencontohkan kemandirian finansial. Keduanya orang kaya raya yang menghabiskan harta untuk jihad fii sabiilillah.”

Baca Juga  Ketupat Kongres HMI Tahun 2021: Ada 1000 Romli Datang ke Surabaya

Baladena: “Berarti Abah Nasih tahu ya kalau Planet NUFO ini dianggap melawan arus?”

Abah Nasih: “Kalau melawan arus itu hanya anggapan. Yang pasti, saya melihat bahwa kalau umat ini tertinggal, itu tanda Islam tidak dipahami dengan benar. Dan harus ada yang berani melakukan upaya untuk kembali ke jalan yang benar.”

Baladena: “Tidak takut orang tidak mendukung?”

Abah Nasih: “Kami ini tidak menggantungkan diri kepada siapa pun. Bahkan kepada para santri, kami selalu menekankan agar mereka punya dua kemandirian utama, yaitu kemandirian intelektual dan kemandirian finansial. Kemandirian intelektual bisa didapatkan dengan menguasai al-Qur’an dan hadits Nabi. Karena itulah kami menjadikan menghafalkan al-Qur’an sebagai program utama. Dan sebelum menghafal, santri wajib tahu makna literalnya. Hafal dengan pemahaman arti inilah yang akan membuat al-Qur’an bisa jadi inspirasi. Kalau tidak, hafalan al-Qur’an akan jadi beban sepanjang kehidupan. Nah, kemandirian finansial sangat penting, agar tidak takut mengatakan kebenaran. Ya seperti yang kami jalani ini. Kami tenang saja walaupun sebagian orang menganggap bahwa kami melawan arus. Kenapa? Karena kami tidak pernah minta sumbangan. Tapi jangan lupa, yang mensupport kami tidak sedikit. Ada istri saya, mertua saya, almarhumah ibu saya yang tadinya juga sempat khawatir, teman dan kolega saya, kolega mertua saya, dan masih banyak lagi yang memahami langkah beda kami ini sebagai ikhtiar untuk mendapatkan yang lebih baik. Dan alhamdulillah jumlah santri Planet NUFO setiap tahun ajaran baru selalu bertambah secara eksponensial. Sampai saya selalu tidak kebagian kamar dan seringkali tidur di mobil atau di tempat shalat. Alhamdulillah.”

Baca Juga  Hasril Chaniago: Kakek Arteria Dahlan adalah Pendiri PKI di Sumbar

Baladena: “Sebenarnya apa saja ya yang berbeda di dalam Planet NUFO selain yang telah disebutkan tadi, yang membuat orang membincangnya?”

Abah Nasih: “Yang paling sering diinfokan ke saya adalah pertanyaan seputar Planet NUFO ini NU atau Muhammadiyah. Saya ya jawab sambil tertawa “Islam”. Pokoknya asal Islam, bisa jadi santri atau mahasantri di Planet NUFO. Yang NU banyak, Muhammadiyah juga ada, yang NW, Persis, dll juga ada. Kan santri Planet NUFO dari seluruh Indonesia. Hanya dari Papua saja yang belum ada. Jadi, Planet NUFO ini miniatur umat Islam Indonesia. Tentu saja akan berbeda dengan orang-orang yang tidak terbiasa dengan bergaul secara luas. Justru kita harus mengajarkan pergaulan yang luas ini, agar tidak fanatik sempit dan bahkan buta.”

Baladena: “Pertanyaan terakhir. Tidak khawatir dianggap sesat?”

Abah Nasih: “Pertanyaan berat ini. Begini ya. Sekarang ini era keterbukaan. Datang saja ke Planet NUFO. Planet NUFO tidak ada pagarnya. Dan ini saya sengaja. Apalagi jadi lebih hemat. Semua orang yang berniat baik, boleh masuk. Boleh melihat aktivitasnya, kalau mau ikut juga boleh. Gratis. Kami malah senang, karena mau belajar bersama.”

Pelaku Incest Harus Layak Dikebiri

Previous article

Perangkat Desa Gandeng Mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang Kelompok 50 dalam Kegiatan Penanaman 10.000 Pohon

Next article

You may also like

Comments

Ruang Diskusi

More in News