Hal paling mendasar dan penunjang berjalannya seluruh proses kehidupan adalah nutrisi. Apa yang dikonsumsi akan mencerminkan keadaan fisik dan kepribadian seseorang. Melansir data dari paudpedia.kemdikbud.go,id prevalensi stunting 149 juta lebih yakni sekitar 22 persen balita di dunia dan 6,3 juta bagian merupakan balita Indonesia. Salah satu goals 2045 Indonesia dipenuhi oleh generasi Emas, bagaimana hal itu bisa terwujud jika prevalensi stunting Indonesia belum teratasi. Bumi telah mengitari matahari sebanyak 2024 kali dan harapan Indonesia di tahun 2024 ini prevalensi stunting turun sebanyak 14 persen.
Stunting adalah sebuah kondisi kegagalan perkembangan dan pertumbuhan tubuh yang diakibatkan oleh keadaan malnutrisi yang kronis dalam 1000 hari pertama kelahiran yakni sejak dalam kandungan rahim Ibu hingga usia dua tahun. Usia ini disebut golden age yakni usia yang sedang pesat-pesatnya untuk tumbuh kembang seluruh organ-organ penyusun tubuh. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan nutrisi yang cukup untuk menunjang perkembangan dan pertumbuhan dalam usia balita. Selain itu, usia balita merupakan kelompok yang berisiko tinggi terhadap penyakit. Kekurangan ataupun kelebihan zat gizi dalam kelompok usia balita sangat berpengaruh terhadap status gizi dan status kesehatan.
Catch up growth merupakan keadaan seorang anak yang sedang berusaha pulih dari penyakit atau kekurangan gizi dan yang mengalami perlambatan dalam pertumbuhan membutuhkan perkembangan yang lebih cepat dibandingkan dengan anak yang normal. Usia toddler yakni usia 1-3 tahun wajarnya akan mengalami penambahan berat badan sebanyak 2-2,5 kg dan tinggi badan rata-rata 12 cm. usia 3-5 tahun penambahan berat badan sebanyak 2-3 kg dan tinggi badan sekitar 7,5-10 cm dalam setahun. Usia balita cenderung akan meniru perilaku orang dewasa di sekitarnya terutama perilaku makan, perkembangan sosial meningkat seperti bermain dengan teman sebaya, perkembangan mental dapat dilihat dari kemampuannya mengatakan “tidak” terhadap makanan yang ditawarkan.
Mengenali karakteris pola makan balita mulai dari usia 1-2 tahun yakni suka mengaduk-aduk makanan dnegan sendok, belajar mandiri dalam makan dan minum walaupun belum bisa mengarahkan sendok dan gelas ke mulutnya dengan baik, mulai menolak makanan yang tidak disukai terutama makanan yang masih asing, kepo terhadap makanan cukup tinggi, ikut-ikutan makan apabila melihat orang lain makan. Kelompok usia 3-4 tahun sudah mampu makan dan minum mandiri, sudah bisa ditawari makanan yang diinginkan, cenderung memiliki kebiasaan makan yang pasif karena makanan yang dimakan tergantung apa yang disediakan ibu, dalam hal ini merupakan kesempatan untuk mengenalkan keanekaragaman jenis makanan. Usia 4-6 tahun aktif dalam menentukan apa yang ingin dimakan, menyukai makanan yang disajikan dengan menarik dan lucu, mudah terpengaruh untuk mencoba makanan yang dilihatnya baik melihat iklan di TV atau teman sebaya.
Beberapa syarat makanan balita meliputi kandungan energi dan zat gizi yang lengkap sesuai kebutuhan, susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu gizi seimbang atau tumpeng gizi seimbang, bentuk dan porsi makanan sesuai selera dan daya terima, konsistensi biasa dan mudah cerna, makanan harus dipastikan bersih dan bebas kuman, tidak mengandung bumbu yang tajam atau merangsang, dihidangkan dengan teknik yang menarik dan lucu.
Permasalahan balita saat makan diantaranya tidak mau makan sayur, susah makan, dan pilih-pilih makanan. Hal tersebut dapat diatasi dengan menciptakan suasana makan yang menyenangkan, membuat menu pengolahan dan penyajian makanan lebih bervariasi, makanan disajikan menarik serta jangan memaksa anak untuk selalu menghabiskan makanan, menyelipkan sayuran dengan makanan yang disukainya, memberikan contoh makan sayur, memberikan makan anak dalam keadaan benar-benar lapar, jengan memberikan makanan selingan seperti ASI atau kebanyakan minum saat kegiatan makan utama.
Mindset publik terkait makanan sehat itu mahal. Padahal sebenarnya makanan sehat itu hemat. Pangan lokal di daerah masing-masing tentu lebih miring harganya dan memiliki zat gizi yang khas dan menyehatkan. Sebagai contoh ikan lokal di daerah Banten yakni ikan bandeng yang kaya nutrisi di antaranya protein, asam lemak tak jenuh, zat besi, vitamin A, dan Vitamin B. ikan lokal masih banyak jenisnya. Selain ikan lokal ada berbagai jenis sayuran dan buah-buahan lokal yang kaya akan nutrisi. Pentingnya penganekaraman dalam asupan sehari-hari bertujuan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh dalam menunjang perkembangan dan pertumbuhan seluruh organ-organ tubuh.
Pemberantasan dan pengurangan prevalensi stunting dapat dimulai dari diri sendiri dengan membuka mata, pikiran dan hati artinya menyadari pentingnya mengonsumsi keanekaragaman jenis makanan yang halal lagi thoyyib, thoyyib dalam hal ini ialah mengandung nutrisi yang baik dan menyehatkan bagi tubuh. Manifestai tubuh yang sehat sekarang akan mencerminkan kelak generasi yang akan dilahirkan. Jika manifestasi keadaan tubuh saat ini yang buruk karena life style yang buruk maka generasi yang akan dilahirkan mencerminkan sebagaimana keadaan tubuh. Keadaan tubuh yang sehat sebagai investasi dalam mencetak generasi bibit yang unggul. Jika unggul sudah dipastikan bebas stunting.
OLEH: FAIZATUL KAMILAH_MAHASISWI GIZI UIN WALISONGO SEMARANG