Kuliah S2 di Dua PTN, Sudah Hasilkan 100 Tulisan

RADARSEMARANG.ID, SEMARANG-Mokhamad Abdul Aziz tak hanya aktif di organisasi, mahasiswa S2 UIN Walisongo Semarang dan S2 Universitas Diponegoro (Undip) ini juga seorang kolumnis dan penulis buku.

Saat ini, Mokhamad Abdul Aziz menjabat Ketua Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) Jawa Tengah. Pria kelahiran Rembang, 16 November 1991 ini juga seorang penulis artikel (kolumnis) yang ulung. Bahkan, sejak 2015, ia sudah 100 lebih tulisannya yang dimuat di berbagai koran lokal maupun nasional. Selain itu, ia juga sudah menghasilkan dua buku berjudul Membangun Umat dan Bangsa serta Korupsi dan Ancaman Demokrasi.

“Bagi saya, menulis itu soal cara belajar. Ketika kita menulis, tentu harus punya masalah terlebih dahulu. Berarti harus baca yang banyak dong. Baca, tulis, baca tulis. Begitu terus. Itu kan kita diajari sejak PAUD,” katanya kepada Jawa Pos Radar Semarang.

Menurutnya, menulis itu tergantung kebiasaan. Dengan terbiasa melatih diri untuk menuangkan ide-ide yang ada dalam pikiran ke dalam bentuk tulisan, nanti dengan sendirinya logika yang ada dalam pikiran tersebut akan terlatih.

“Nah, apa yang kita tulis biasanya akan lebih melekat di kepala. Jadi, kalau sewaktu-waktu menyampaikan tema yang sudah pernah kita tulis, akan lebih kena dan runtut,” jelas pria yang kini tinggal di Pondok Pesantren Monash Institute, Ngaliyan, Semarang ini.

Diakui, menulis merupakan sebuah jalan yang harus dilalui untuk menjadi seorang ilmuwan. “Kalau sekelas penulis pemula seperti saya ini ya itu, latihan. Kalau sudah jadi ilmuwan kondang, itu kan bisa jadi jalan dakwah juga tho, bagi seorang muslim. Mana ada ilmuwan yang tidak menulis? Nah, saya berharap bisa menuju ke sana,” tutur mahasiswa Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Walisongo yang akan diwisuda Maret ini.

Tentunya, jalan yang dilalui Aziz untuk dapat menjadi seorang penulis tidaklah selalu mulus. Terkadang seringkali dikarenakan padatnya rutinitas yang ia jalani, membuat konsentrasinya dalam menulis menjadi hilang. Ia harus piawai untuk membagi waktu antara kegiatan yang satu dengan yang lainnya.

“Kadang ada banyak hal yang harus dikerjakan dalam waktu yang bersamaan, biasanya akan tertahan itu ide-ide. Ini soal jam terbang juga sih. Kalau sudah kelas kakap, ya tidak jadi masalah. Bagi saya yang masih kelas bulu ini, ya memang harus pandai-pandai atur waktu dan mood,” katanya.

Di sela padatnya rutinitas menulis, Aziz masih sempat menjalani kuliah S2 di dua kampus sekaligus. Selain menempuh studi S2 di UIN Walisongo, ia juga sedang menempuh S2 di Undip jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Ia mendapat beasiswa pada 2017 lalu.

“Saya memahaminya, selagi ada kesempatan untuk belajar, di mana pun itu, kenapa tidak kita manfaatkan? Apalagi ilmu yang sama sekali baru. Saya bersyukur, semoga ini makin menguatkan pribadi dan nantinya bisa bermanfaat untuk banyak orang,” tutur putra pasangan Sukono dan Sholihah ini.

Meski sibuk, Aziz juga aktif di organisasi. Di antaranya, di HMI Komisariat Dakwah Walisongo Semarang, Centre for Democraty Religious Studies (CDRS), HMI Cabang Semarang dan kini menjadi Ketua Umum GPII Jawa Tengah.

Lalu, bagaimana Aziz membagi waktu di tengah kesibukannya tersebut? “Kata orang bijak, hanya orang sibuk yang dapat mengatur waktu. Ya, saya mencoba sok sibuk aja, biar terlatih untuk membagi waktu. Ada juga yang bilang, pekerjaan akan cepat selesai, jika diserahkan kepada orang yang sibuk. Tapi memang butuh jam terbang ya. Intinya, selagi kita masih muda, masih bisa bebas berkreasi dan beraktivitas, sebisa mungkin kita maksimalkan untuk banyak-banyak kegiatan. Ini belum hitung-hitungan soal kemanfaatan lho ya. Baru kuantitas, belum kualitas,” katanya. (sm/ida/ida/JPR)

Sumber: Jawa Pos, 29 Januari 2018

 

banner 300x250

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar