Saat ini, indeks harga saham gabungan jebol akibat virus corona. Itulah yang kemudian menjadi headlines beberapa hari ini. Hal yang ditakutkan oleh kebanyakan orang pun terjadi. Corona masuk ke Indonesia. Perasaan sedih dan prihatin tengah dirasakan oleh kebanyakan masyarakat ketika pertama kali mengetahuinya. Memang, kita semua khawatir terhadap hal ini. Sudah seharusnya kita semua harus waspada. Terlebih dari semua itu, sebenarnya ada virus lebih mematikan dari corona. Adalah virus kepanikan. Kita sebaiknya tidak boleh terus-terusan panik, terlebih ketika mengetahui bahwa virus corona masuk ke Indonesia.
Dengan kepanikan, justru akan semakin memperburuk situasi. Akan timbul ketidaktenangan seseorang dalam menghadapi suatu masalah. Justru akan menciptakan masalah baru, dan itu akan bermasalah. Ada sebuah analogi, walaupun tidak sepenuhnya sempurna. Tapi ini adalah analogi terbaik yang kiranya berkaitan dengan kepanikan dalam menyikapi corona, misalnya.
Bayangkan saja, ketika kita sedang berada ditengah lautan. Lalu tiba-tiba terjatuh dari kapal. Tapi kita sadar, bahwa tidak bisa berenang. Apakah yang dilakukan? Kebanyakan orang justru akan panik, lalu menggerak-gerakkan kaki dan tangan sekaligus meminta pertolongan. Gerakannya tidak beraturan dan berharap bisa keluar dari air, dan tidak tenggelam. Namun, apakah usaha yang dilakukan itu justru kita akan selamat? Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Ketika seseorang panik dan bergerak-gerak seperti itu, justru potensi untuk tenggelam lebih besar. Sebab, kepanikan lah yang akan menguras tenaga. Membuat kita merasakan capek dan akhirnya tenggelam.
Lalu apa yang seharusnya kita lakukan? Walaupun tidak bisa berenang, tapi manusia memiliki kemampuan untuk mengambang. Setiap kita bisa mengapung di air. Karena manusia memiliki daya apung yang terjadi karena volume tubuh manusia lebih besar daripada volume air. Saat berat air dan tubuh manusia yang sama dibandingkan, maka yang perlu kita lakukan ialah menenangkan diri dan jangan panik. Berusaha untuk tetap tenang dengan cara tidur terlentang di air sambil merentangkan tangan dan kaki. Kemudian bernafaslah seperti biasa. Ketika kita melakukan hal ini, maka bukan hanya saja bisa mengapung, tapi juga akan menghemat energi jauh lebih lagi. Dan membuat tidak tenggelam sampai mendapatkan pertolongan.
Begitupun sikap kita terhadap situasi sekarang ini, saat virus corona masuk ke Indonesia. Dan sampai sekarang belum ditemukan obat dan virus penangkalnya. Lantas kita punya pilihan. Kalau panik, maka akan timbul perasaan cemas dari dalam diri. Mudah termakan informasi yang tidak benar. Bahkan yang lebih parah lagi, ketika kita jadi ikut-ikutan untuk menyebarkan informasi tanpa klarifikasi terlebih dahulu. Kalau hal itu yang kita lakukan, justru itulah yang akan lebih memperburuk situasi. Tapi, yang harus kita lakukan adalah tetap tenang, tetap waspada. Diantaranya ialah dengan menjaga diri, jaga kebersihan. Cross check informasi. Sudah seharusnya kita percaya pada pemerintah dan tim medis. Karena sebenarnya mereka juga sedang berusaha semaksimal mungkin untuk mengatasi wabah ini, yakni virus corona.
Menurut real time counter update virus Corona di seluruh dunia. Mungkin kita melihat dan berkata “Wah”. Sudah ada 93, 168 orang yang terkena dan sudah tiga ribu lebih korban meninggal dunia. Dan sampai saat ini antivirusnya belum ditemukan. Tentu saja kita semua turut prihatin dan berduka atas 3000 lebih orang yang meninggal dunia. Tapi coba kita fokus ke angka sebelahnya. Memang ada 3,203 yang meninggal dunia, tapi sudah ada 50,956 yang fully recovered. Artinya, sebanyak 50 persen telah sembuh walaupun belum ditemukan obatnya.
Pernahkah kita berpikir? Bagaimana mungkin orang yang terkena virus ini bisa sembuh padahal belum ada obatnya. Itu artinya, kita manusia juga punya kekebalan imun sendiri yang bisa melawan virus tersebut. Dengan penanganan tepat dan cepat, perawatan yang baik, menguatkan imun sistem, maka kita bisa melawan virus corona. Lihatlah negara tetangga, yang iklim dan situasinya lebih mirip dengan Indonesia, yaitu Singapore dan Malaysia. Di singapura ada 110 cases dan 78 sudah sembuh. Di Malaysia, ada 36 cases dan 22 sudah sembuh. Lebih dari 70 persen.
Indonesia seharusnya tidak kalah dengan kedua negara tersebut. Bukan untuk membandingkan, tapi sekedar menunjukkan. Bahwa ketika mereka bisa, maka kita juga bisa menghadapinya. Masker memang berguna, tapi ada yang lebih efektif daripada masker yaitu personal hygiene. Menjaga kebersihan kita sendiri. Cuci tangan dengan air sabun sesering mungkin. Hindari memegang mata, hidung, dan mulut dengan tangan. Menutup mulut saat batuk dan bersin. Bersihkan dan des-infeksi benda-benda yang sering disentuh orang lain. Dan juga pro-aktif, dengan memeriksa dan melaporkan jika ada gejala corona.
Sementara obat corona sedang diusahakan, obat yang terbaik saat ini adalah informasi. Tapi itu informasi yang tepat dan akurat. Dan sumber yang terpercaya sepertu dokter ahli dan tentunya pemerintah. Dengan informasi yang tepat, kita semua bisa lebih teredukasi dalam menjaga diri. Karena ini bukan hanya tugas beberapa orang saja, tapi ini adalah tugas kita semua. Masyarakat Indonesia dimanapun berada hendaknya menguatkan imun, juga iman.
Bukan hanya mengandalkan kekuatan manusia saja, tapi juga berdoa dan percaya. Bahwa yang Maha Kuasa juga akan menjaga dan melindungi. Kita menyadari bahwa betapa lemahnya manusia. Diibaratkan seorang musuh, disaat musuh datang dan mereka cukup berat untuk ditaklukkan, maka kita harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Yakin bahwa Sang Maha Kuasa akan menolong hambanya. Ketika telah datang pertolongan Allah, maka semua akan baik baik saja.(MerryRiana)