Testimoni: Dr. Fahrus Zaman Fadhly, M.Pd., Dosen, Sekretaris Umum Korps Alumni HMI (KAHMI) Jawa Barat
Sekolah Alam ini seperti monumen bergerak dari sebuah gagasan besar: Membangun Peradaban Indonesia dari desa. Mengapa dari desa? Karena ratusan juta warga bangsa tinggal di desa dengan sumberdaya melimpah yang sudah lama diabaikan. Transformasi Peradaban bangsa sejatinya mesti diawali dari desa.
Apa yang dibangun? Yang dibangun: adab, ilmu, kreatifitas, leadership, dan entrepreneurship. Moto Nufo “Berilmu, Berharta, Berkuasa” adalah rangkaian atau paket filosofi Nufo dalam memanifestasikan pesan wahyu dalam Al-Qur’an bahwa manusia itu Khalifah sekaligus Abdullah.
Anak-anak didik di NUFO, dibekali Ilmu alat (nahwu dan sharf/tashrif) agar mudah menghafal dan memahami isi kandungan Al-Qur’an dengan benar. Penguasaan Bahasa Arab, Inggris, dan Mandarin diberikan sebagai pintu untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari sini, saya menangkap ada usaha besar untuk mere-integrasi sains dan teknologi ke dalam Islam. Karena memang sains (ayat-ayat Allah di alam semesta) sejatinya bagian dari agama, yang sengaja atau tidak sengaja selama berabad-abad dibuat seolah terpisah dari agama.
Dari sisi kepemimpinan, NUFO terbuka bagi berbagai oganisasi kesiswaan dan pelajar seperti IPPNU, IPM, HPI, dan lain-lain. Jadi, sejak belia mereka memahami pluralitas ummat sehingga tidak fanatik buta dan lebih mengutamakan ukhuwwah. Spirit NUFO bagaikan spirit Nabi: mempersaudarakan Muhajirin dan Anshor.
Dari sisi enterpreneurship, anak-anak didik NUFO dibekali tradisi berwirausaha. Mereka diajarkan dan mempraktikkan bertani, beternak, dan Ilmu bagaimana “menscale up” usaha, sehingga sejak dini mereka dibangun mindset agar mandiri dan sejahtera secara ekonomi.
Guru-gurunya rata-rata S2, lulusan perguruan tinggi ternama dari dalam dan luar negeri. Yang menarik, pola pembimbingan guru dan peserta didik dengan rasio 1:4. Ini sungguh luar biasa. Sulit kita menemukan pola rasio seperti ini. Dengan cara ini, guru sangat “engaged” dengan siswa. Ini akan memudahkan guru memberi bimbingan, perhatian dan pengawasan kepada santri (siswa).