Sebab Cinta (2) Kebaikan

Tata cara bersedekah.
Tata cara bersedekah. Baladena.ID/Istimewa

Ada yang bilang, cinta itu mengarah pada konsep abstrak yang lebih mudah dialami daripada dijelaskan. Sepertinya memang benar demikian. Sebagaimana dikatakan oleh Les Parrott III dan Leslie Parrott, cinta adalah semacam campuran yang aneh dari hal-hal yang bertentangan. Di dalam cinta, ada nafsu dan kasih sayang, ada perhatian dan kemarahan, ada kegairahan dan kejenuhan, ada perubahan dan kestabilan, ada pula kebebasan dan pembatasan. Lebih mendasar lagi, terdapat dua hal yang paradoksal, yaitu “dua menjadi satu, tetapi tetap dua,” aneh, bukan? Karena rumit itulah, orang lebih memilih untuk mengalaminya daripada harus menjelaskan.

Orang mungkin akan relatif lebih mudah menceritakan kisah cintanya atau menuliskan perasaannya ketika jatuh cinta, tetapi menjelaskan cinta itu bagaimana dan disebabkan oleh apa itu tidak terlalu mudah dilakukan. Sebab, cinta itu bukan teori, tetapi akumulasi sikap dan perbuatan yang membekas di hati setiap insan. Ia akan berjalan secara alamiah untuk kemudian menghilang perlahan atau bertahan. Karena itu, sebabnya pun sulit untuk diprediksi dan direncanakan.

Namun demikian, menurut Erich Fromm, cinta adalah suatu seni yang memerlukan pengetahuan serta latihan. Cinta adalah suatu kegiatan dan bukan merupakan pengaruh yang pasif lagi diam. Salah satu esensi dari cinta adalah adanya kreativitas dalam diri seseorang, terutama dalam aspek memberi dan bukan hanya menerima keadaan. Jika demikian, maka cinta menjadi sesuatu yang dinamis, yang bisa kita pelajari sebab-sebab ia datang kepada seseorang dan kapan.

Cinta bisa datang karena banyak sebab; bisa karena tampang, bisa karena kebaikan, bisa karena kekayaan, bisa karena masa depan, bahkan bisa bermula dari sekedar diambilkan air untuk mencuci tangan (Abana).

Bagaimana cinta bisa disebabkan oleh kebaikan? Pada tulisan sebelumnya telah digambarkan bagaimana seseorang jatuh cinta karena tampang dan diuraikan pula penjelasan awal orang jatuh cinta karena kebaikan. Melalui kisah Suri dan Taani didukung data penelitian kecil-kecilan, dapat ditemukan fakta bahwa perempuan lebih banyak jatuh cinta karena kebaikan. Hanya sedikit mereka yang menjatuhkan pilihan cinta karena tampang yang rupawan, tanpa adanya proses pembicaraan dan saling tukar perhatian.

Benar memang, cinta yang sejati tidak bisa diukur dengan waktu yang singkat, juga bukan perasaan meluap-luap yang menguap, tetapi cinta itu membutuhkan suatu proses yang berkepanjangan. Cinta membutuhkan pengenalan dan pengalaman, yang tidak dapat diuji dalam keterburu-buruan. Seorang laki-laki mungkin bisa jatuh cinta kepada perempuan langsung pada pandangan pertama, karena wajah cantiknya, misalnya, tetapi ketika kemudian perempuan itu ternyata diketahui berengsek, maka kemungkinan besar cinta itu tidak akan lama bertahan.

Cinta yang dimaksud dalam hal ini masih dalam batas rasional manusia normal. Berbeda jika orang mencintai dengan membabi-buta, tentu pembahasannya menjadi lain. Ia bisa membenarkan ungkapan yang ditulis (alm) Soedjarwoto Soemarsono alias Gombloh (seorang penyanyi dan pencipta lagu Indonesia di era 70-an) dalam lirik lagu berjudul “Lepen” yang berbunyi: “Kalau cinta sudah melekat, tahi kucing rasa coklat”. Lepen singkatan dari kata lelucon pendek. Lirik dalam lagu ini memang jenaka dan nakal, yang menyentil mereka yang sedang jatuh cinta.

Adakah yang berkata, “Aku mencintaimu, karena kamu jahat.” Sepertinya, orang waras tidak ada yang berlaku demikian. Ia secara naluriah akan mencintai kebaikan sekaligus si pemiliki kebaikan itu. Ini sederhana. Hanya saja, gengsi atau takut untuk mengakui bahwa “Saya jatuh cinta karena dia baik, begini-begini, dst.” Khawatir dikira cintanya tidak tulus. Padahal, ketidakjujurannya itulah yang menunjukkan ketidaktulusan yang sesungguhnya. Eaaaakk.

Satu kisah nyata, ada seorang mahasiswa aktivis bernama Faris jatuh cinta pada pandangan pertama kepada perempuan, sebut saja Felia, dalam sebuah kuliah kerja nyata (KKN) di salah satu desa terpencil. Faris merasakan jantung berdebar tak karuan sejak pertama kali melihat wajah dan keseluruhan parasnya. Ia tetiba ingin berpuisi ria mengungkapkan perasaannya kala melihatnya. Laki-laki berkepala pelontos itu merasa kemampuan sastranya meningkat sejak bertemu Felia.

Rasa itu memuncak saat Felia menyapanya. Alunan suara yang keluar dari bibir manisnya membuat benih cinta yang ada di dalam hati Faris tumbuh lebat bak tanaman diguyur pupuk urea. Ia seperti telah menemukan surga dunianya. Faris sangat yakin seyakin-yakinnya KKN-nya itu akan sangat menyenangkan dan membahagiakan untuknya. Hingga dia membayangkan, saat pulang dari KKN nanti, ia bisa memiliki dengan menikahinya. “Sepertinya dia adalah jodohku,” katanya berbisik dalam hatinya. Semudah itu cinta menyerangnya.

Apakah cinta Faris akan bertahan atau kandas di tengah jalan? Jawaban atas pertanyaan itu mulai mengemuka ketika rapat pertama seluruh anggota KKN di desa dimulai. Tiba-tiba detak jantung Faris mengalami perlambatan saat melihat dan mendengar Felia menyampaikan argumentasi pada forum rapat itu. Sebagai seorang aktivis tulen, Faris tentu bisa menilai kualitas orang dari isi dan cara seseorang berbicara. Felia tidak menujukkan akan kebaikan kualitas itu. Di situlah, Faris tersadar akan imajinasi cintanya yang tidak mungkin dilanjutkan. Rasa itu kandas di tengah jalan. Ia perlahan melupakan wajah yang tadinya selalu ada dalam pikiran. Sederhana, bukan?

Secepat itukah dia datang menyerang dan pergi meninggalkan? Cinta pada pandangan pertama akan segera sirna, dikala yang dicinta itu minus kebaikan. Harus diakui, kebaikan memang menjadi magnet bagi siapapun untuk mendekat. Sebab, semua orang mencintai kebaikan. Secara logika waras, tidak ada yang tidak suka dengan kebaikan.

Semua orang akan mencintai orang lain yang telah berbuat baik kepadanya, yang membantunya dengan harta, yang menolongnya dari musuh-musuhnya, yang berlaku lemah lembut dan santun kepadanya, yang memberikan manfaat baginya, dan yang membantunya mencapai tujuan yang dicita-citakannya, misalnya. Kebaikan-kebaikan itulah yang menyebabkan seorang jatuh cinta.

Pada faktanya, kebaikan akan mudah menjadi penyebab seseorang jatuh cinta. Menurut Imam al-Ghazali, segala kebaikan itu datangnya dari Allah swt. Karena itu, sudah sepatutnya manusia mencurahkan cintanya hanya kepada Tuhannya. Jika ada seorang manusia yang berbuat baik begitu besar kepadamu dan itu membuatmu jatuh cinta kepadanya, pastikan cintamu kepada dia tidak melebihi cintamu kepada Tuhan. Sebab, Dia sesungguhnya Sang Pemilik Kebaikan itu dan dia hanya dititipi kebaikan oleh Tuhan.

Kebaikan ini tidak memandang besar atau kecil. Kalau orang jatuh cinta karena kebaikan yang besar dan luar biasa, tentu itu hal yang wajar. Lalu adakah orang yang jatuh cinta dengan kebaikan yang sangat sepele, diambilkan air untuk mencuci tangan, misalnya? “Ada dong”. Sepertinya tidak masuk akal, tetapi begitulah kebaikan berkerja secara alamiah di alam bawah sadar manusia. Ada orang jatuh cinta hanya gara-gara dibelikan makanan via ojek online, yang itupun dibeli dengan voucher gratisan. “Terima kasih ya, Bang. Makanan sudah sampai. Ayoo kita makan,” katanya mengkonfirmasi dengan bahagia. Semurah itukah? Tunggu ya, ini akan dibahas lebih lanjut pada Sebab Cinta (4) alias terakhir. Sabar. Ha.

Namun demikian, meski ada yang jatuh cinta sebab kebaikan yang remeh temeh, faktanya ada orang yang berbuat kebaikan sedemikian rupa kepada seseorang, tetapi gagal mendapatkan cintanya. Dengan kata lain, kebaikan itu tidak mampu menjadi sebab seseorang mencintai orang yang melakukan kebaikan. Tentu harus dievaluasi, mungkin kurang tulus? Bisa jadi karena berbuat baiknya itu punya motif tertentu? Atau apa? Proses datangnya cinta itu tentu saja juga alamiah. Tidak bisa dibuat-buat seperti di buku kisah-kisah cinta. Tidak disangka-sangka, bahkan kebaikan bisa membuat orang ilfil, karena berlebihan atau disampaikan dengan cara yang tidak menyenangkan.

Dalam bahasa Arab, kata yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia “baik” itu ada banyak, antara lain khair, ma’ruf, biir, salih, hasan, dan thayyib. Dari sekian term itu, yang paling banyak disebut oleh al-Qur’an adalah khair, yakni sebanyak 116 kali yang terdapat pada 41 surah yang disebut tanpa tanpa “alif lam”, yang menggunakan “al” sebanyak sembilan kali dalam tujuh surah, dan al-khairat dalam bentuk plural ditemukan dalam al-Qur’an sebanyak delapan kali pada enam surah.

Dari sekian banyak penyebutan oleh al-Qur’an itu, ada dua tempat yang al-khair diartikan sebagai harta kekayaan, yakni QS. al-Adiyat: 8 dan QS. al-Baqarah: 180. Menarik untuk dibahas, pada QS. al-Adiyat ayat 8 kata al-khair di-mudlaf-kan dengan kata hubb yang artinya cinta. Manusia itu sangat mencintai harta kekayaan. Apakah ini juga menjadi tanda seseorang jatuh cinta kepada orang lain, disebabkan oleh keberadaan kekayaan? Sangat dimungkinkan.

Bagaimana kekayaan menjadi sebab datangnya cinta? Selanjutnya baca: Sebab Cinta (3) Kekayaan

 

Editor: Anzor Azhiev

Respon (19)

  1. Mencoba menanggapi tulisan tersebut ya Bang. Hehe
    Terkadang ada seseorang memberikan perhatian lebih kepada orang lain. Karena orang tersebut memang begitu ke semua orang. Namun terkadang membuat orang yg diberi perhatian malah menjadi jatuh cinta kepadanya. Padahal sebenarnya dia bersikap seperti itu hanya karna manusiawi saja.

  2. Cinta Faris murahan, kalau cinta Faris dilanjutkan . Beruntung cintanya itu ia hentikan.

    #kalau cinta karena kepandaian dan kejeniusan? Hemm ditunggu tulisannya ya Pak. .

  3. Maaf pak. Saya justru baru saja mengerti jika cinta itu ada sebabnya. Soalnya, setahu saya, cinta itu tidak pernah meminta apa alasannya. Sebab, ketika cinta memiliki alasan, saya rasa cinta itu tidaklah tulus kepada Allah.

  4. Andai ada produsen pupuk cinta utk semua sikon & kegunaan, tentulah dunia ini adem ayem damai penuh cinta Tapi yg dimaksud tentu bukan urea kan.😄

  5. Menurut saya bisa jadi.. Karena pertama dalm cerita2 yang umum dikonsumsi khalayak bahwa ada faktor rasa cemburu dengn makhluk tuhan yang berpasang.pasangan.. Sedangkan adam sendiri.. Kemudian diciptakanlah hawa untuk menjadi pendampingnya. Diamna.mana kalau sensiri kemudian ada temannya pasti itu kejadian yang luarbiasa bukan? Dan kehendak allah juga memberikan “itu” kpd mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *