Site icon Baladena.ID

Sebab Cinta (1) Tampang

Salah satu kebutuhan manusia adalah cinta. Mereka mengatakan, hidup tak indah, jika tanpa cinta. Ada satu lirik lagu berbunyi: “Hidup tanpa cinta, bagai taman tak berbunga.” Bagaimana mungkin taman tidak berbunga? Benar saja, mencintai itu anugrah dari Yang Maha Kuasa. Dan dicintai itu berkah dari Yang Maha Cinta. Efek psikologis dari perasaan cinta itu adalah dapat menggairahkan kesehatan lahir dan batin setiap insan manusia. Karena itu, cinta menjadi kekuatan yang tiada tara. Mengalahkan sagalanya.

Meski sebelumnya dijelaskan kalau cinta itu kata kerja, benih-benih tumbuhnya cinta itu banyak macamnya. Bagaimana cinta itu tiba-tiba datang menyerang manusia? Apa sebab-sebabnya?

Cinta bisa datang karena banyak sebab; bisa karena tampang, bisa karena kebaikan, bisa karena kekayaan, bisa karena masa depan, bahkan bisa bermula dari sekedar diambilkan air untuk mencuci tangan (Abana).

Cinta bisa datang karena tampang? Iya, mungkin saja cinta datang karena wajah ayunya. Bisa karena elok matanya. Bola matanya mempesona, misalnya. Tatapan dan pandangannya membombardir, menghujam, memporak-porandakan dasar hatinya. Lesung pipinya melukiskan senyum di hati seorang yang yang sedang dimabuk asmara. Terguyur rasa bahagia yang tiada tara kala melihat tawa manisnya. Bibir yang indah menyunggingkan seyuman yang menggetarkan jiwa. Jantung berdebar tak karuan saat melihat keseluruhan parasnya.

Cinta ini berlangsung secara instan karena tumbuh saat pertama kali bertemu. Melihat seseorang itu langsung membuat hatinya berdebar-debar. Cinta ini tumbuh secara tiba-tiba, tanpa melalui banyak proses. Dia terpesona akan parasnya yang menawan baik itu dari sisi wajah yang rupawan dan bentuk badan yang proporsional.

Tidak dipungkiri, yang demikian itu tanda awal seorang sedang jatuh cinta. Dan biasanya yang terserang virus cinta jenis ini adalah pria. Ciri laki-laki sedang terinfeksi virus ini adalah ada perasaan aneh di dalam dada. Perasaan yang tidak beralasan itu membuat jantung dag-dig-dug-ser berdetak tak seperti biasanya.

Ada istilah cinta pada pandangan pertama. Ada yang menilai cinta yang demikian itu mitos alias tidak akan terjadi di dunia nyata. Namun, faktanya memang ada yang merasakan betapa manisnya cinta pada pandangan pertama. Soal ini, kau boleh percaya, boleh tidak, setiap orang memiliki pengalaman dan sikap yang berbeda-beda.

Jadi ingat waktu di pesantren al-Barkah dulu, pernah menulis surat dengan mengutip syair Arab yang berbunyi:

اول المطر القطر # واول الحب النظر

“Permulaan hujan adalah gerimis, sedangkan permulaan cinta adalah pandangan”.

Pandangan pertama dalam konteks ini juga bisa beragam jenisnya. Ada benar-benar karena saling bertatapan mata. Ada pula karena melihat keseluruhan parasnya, tanpa adanya pertemuan dua pasang mata. Perlu dicatat, dalam membahas cinta pada pandangan pertama ini, dua insan itu sama sekali belum pernah ada pertemuan sebelumnya. Tak ada sentuhan sama sekali juga. Benar-benar pertemuan dan pandangan yang pertama.

Psikolog asal University of Massachusetts, Joan Kellerman menyatakan, dalam kondisi belum kenal sekalipun, tatapan mata yang berlangsung cukup lama bisa membuat dua orang jatuh cinta. Inilah awal yang membuat seseorang ingin mengenal lebih jauh lawan bicara, terutama bila saat itu tergetar panah-panah asmara. Kontak mata yang intens tersebut bisa menimbulkan rasa suka yang kemudian menjadi cinta. Selanjutnya, cinta (mawaddah) itu lama-lama akan (hilang dan) berubah menjadi kasih sayang (rahmah).

Masih bingung, mengapa seseorang bisa jatuh cinta hanya dengan melihat tatapan mata orang lain? Sebuah penelitian yang dilakukan oleh The National Institute of Physiological Science di Jepang menemukan fakta menarik tentang caranya sebuah tatapan mata dapat membuat dua orang saling jatuh cinta. Menurut hasil penelitian ini, tidak ada hubungan yang bisa dibangun tanpa adanya kontak mata di antara keduanya. Sebab, hubungan antara perilaku dan saraf di otak selama dua orang saling bertatapan mata sangat erat kaitannya.

Sebanyak 96 responden yang belum mengenal satu sama lain dilibatkan dalam penelitian ini. Masing-masing mereka dipasangkan dan diminta untuk saling bertatapan mata dalam situasi yang sebelumnya sudah diatur. Selama penelitian berlangsung, peneliti menggunakan sebuah magnet yang berfungsi untuk meresonansi aktivitas otak para responden saat melakukan instruksi tersebut. Hasilnya mencengangkan, ditemukan adanya sinkronasi antara kedipan dan tatapan mata dengan apa yang terjadi pada otak para responden. Kedipan dan tatapan mata ini berbeda resonansinya dengan yang terjadi pada umumnya dalam kondisi yang biasa-biasa saja.

Fakta tersebut membuktikan bahwa kontak mata menjadi komponen penting untuk interaksi sosial manusia, termasuk ia menjadi gerbang awal masuk pintu cinta. Dengan mendasarkan pada hasil penelitian ini, ungkapan “Cinta itu dari mata turun ke hati” menjadi sangat bisa dipahami, maknanya. Saat tatapan mata bertemu itulah, benih-benih cinta bisa tumbuh di hatinya. Tentu, ini tidak berlaku pada semua orang, karena mereka memiliki kemampuan yang berbeda dalam menangkap stimulus, serta penentuan persepsi dan sikap selanjutnya juga berbeda-berbeda. Bagaimana dengan kamu? Termasuk yang mana? Tulis di kolom komentar, ya! Ha.

Pendangan utuh seseorang akan menghasilkan persepsi yang membawa kepada sikap dan perilaku selanjutnya. Ini berarti tidak hanya dari saling menatap mata, tetapi juga berlaku pandangan pertama dengan melihat paras seseorang secara keseluruhan. Buktinya, tidak sedikit orang yang tiba-tiba pandangannya terpaku pada sosok lawan jenis yang melewatinya, sekalipun orang tersebut tidak melihatnya. Pandangannya mengikuti ke mana sosok itu bermuara.

Berawal dari kekaguman, dengan singkat tumbuh benih-benih cinta. Namun, kembalikan ke definisi awal bahwa cinta itu kata kerja yang telah dijelaskan dalam Fatwa Cinta Abana berjudul “Mendefinisikan Cinta“. Jadi, kau bisa melanjutkan atau menghentikan perasaan tersebut sesaat setelah keterpakuan itu juga. Paham?

Namun, perlu berhati-hati terhadap jenis cinta pada pandangan pertama ini, karena ada peringatan dalam syair Arab:

“الفجر فجران واول الفجل كاذب

(Ada dua fajar. Fajar yang pertama adalah bohong).”

Maka perlu waspada dan bekal yang cukup untuk menguasai sebab cinta pada pandangan pertama ini. Mungkin. Ha.

Tampaknya, cinta pada pandangan pertama hanya berlaku kepada laki-laki saja. Bagaimana dengan perempuan? Survei kecil-kecilan yang penulis lakukan menyatakan, perempuan sulit jatuh cinta pada pandangan pertama. Sulit bukan berarti tidak bisa atau tidak ada, lho ya. Sebagian besar mereka mengatakan dengan jujur bahwa mereka jatuh cinta kepada laki-laki pada pandangan kesekian, bukan pandangan pertama. Dan biasanya setelah melihat kepribadiannya. Artinya ada proses yang tidak sebentar.

Yang punya pengalaman lain, bisa share di kolom komentar, ya!

Mungkin benar, pernyataan yang berbunyi: “Laki-laki jatuh cinta pada pandangan pertama, sementara perempuan jatuh cinta pada percakapan pertama.” Sepertinya, perempuan itu lebih mudah jatuh cinta karena kata-kata daripada rupa, apalagi karena pandangan pertama. Perempuan lebih suka dirayu daripada dimadu. What? Apa hubungannya? Ha.

Ini dilukiskan oleh ِAnis Manshur dalam kata mutiara Arabnya yang berbunyi:

“المرأه تصادق فيلسوفا وتحب شاعرا وتتزوج تاجرا”

(Perempuan itu senang berteman dengan filsuf; laki-laki yang alim, dia mencintai penyair; laki-laki yang pandai merayu, dan memilih menikah dengan yang tajir; laki-laki yang kaya)”.

Ungkapan itu terasa tidak keliru. Faktanya, banyak perempuan jatuh cinta karena kata-kata indah dari laki-laki yang ditujukan kepadanya. Sampai muncul anekdot (yang juga sering disampaikan Abana): “Perempuan itu lebih suka dibohongi, daripada dijujuri. Asalkan kata-kata itu menyenangkannya.” Namanya juga anekdot, jangan tersinggung, ya. Mungkin perempuan akan lebih pas ditempatkan pada penjelasan sebab cinta yang kedua atau selanjutnya, bukan di pembahasan tampang ini.

Lalu bagaimana jika cinta karena tampang ini dihubungkan dengan Allah swt, Tuhan Yang Maha Cinta. Coba sejenak kita bertamasya ke India, flashback kepada kisah cinta Surinder kepada Taani. Sebuah kisah cinta yang mengharu biru dan menguras air mata. Suri, laki-laki culun berkacamata yang tak pernah mengenal cinta sebelumnya, jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Taani, seorang gadis berparas cantik yang selalu tersenyum gembira.

Gembira dan bahagia Taani sekejap menjadi duka. Ia ditinggal mati oleh calon suaminya di hari pernikahannya. Beberapa hari setelahnya, bapaknya juga meninggal dan berwasiat agar Taani menikah dengan Suri, yang tidak lain merupakan santri terbaik dari bapaknya. Tetapi Taani tidak memiliki cinta sama sekali untuk Suri, karena pengalaman pahit masa lalunya. Dia telah mengubur cinta untuk siapapun juga. Sebuah pernikahan tanpa cinta disebabkan perjodohan itupun terjadi akhirnya.

Suri, yang memang telah jatuh hati pada pandangan pertama, tetap mencurahkan rasa cintanya kepada Taani tanpa mengharap balasan sama sekali. Baginya, cinta sejati itu memberi. Apapun dilakukan demi kebahagiaan Taani. Sampai akhirnya, Taani tak kuasa lagi menahan diri untuk bertanya kepada Suri.

“Dengan mudahnya kau balikkan kesedihanku menjadi kegemberiaan. Semua air mata menjadi tawa. Aku tak pernah memberimu setetes cinta. Tapi kau terus menyiramiku dengan cintamu. Kenapa cintamu kepadaku begitu besar?” tanyanya kepada Suri dengan berurai air mata.

Suri pun menjawab, “Sederhana saja, aku melihat Tuhan dalam dirimu. Ketika berdo’a kepada-Nya, hatiku terasa damai. Dan ketika melihatmu tertawa, melihatmu bahagia, hatiku menjadi lebih damai. Taani, jika ini cinta, aku mencintaimu melebihi Tuhan.”

Taani pun menangis sejadi-jadinya. Suri yang tidak ingin melihat Taani menangis pun berkata, “Jangan menangis. Taani, apa Tuhan akan marah padaku, jika aku mencintaimu lebih besar dari-Nya?” Pertanyaan Suri itu membuat Taani semakin tidak kuasa menahan tangisnya. Saat itu juga, Taani kemudian jatuh cinta kepada Suri. Ia jatuh cinta karena 1000 kebaikan Suri yang telah dilihatnya (selain juga karena kata-kata Suri yang telah memporak-porandakan hatinya). Juga, pada akhrinya, karena dia melihat Tuhan dalam diri Suri.

Tentu perkataan Suri itu adalah ungkapan cinta. Dia tidak akan mengkhianati Tuhannya. Karena baginya, tidak akan ada Taani, kalau tidak ada yang menciptakannya, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Tuhan satu-satunya. Dia mengagumi ciptaan-Nya yang sangat indah. Dia berterima kasih kepada-Nya. Rasulullah Muhammad saw. bersabda:“Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan mencintai keindahan” (HR. Muslim. No. 91). Suri melihat keindahan rupa pada diri Taani. Sementara Taani melihat keindahan sikap dan tingkah laku pada diri Suri. Dia melihat ketulusan dan kebaikan kepribadian.

Lalu bagaimana sebenarnya kebaikan menjadi sebab datangnya cinta? Juga bagaimana cinta bisa disebabkan oleh kekayaan, karena masa depan, atau bahkan bisa bermula dari sekedar diambilkan air untuk mencuci tangan? Tunggu kelanjutannya. Insyaa’a Allah.

Bersambung…

Exit mobile version