Racun Komunitas

Indah, begitu orang menyebut ciptaan Tuhan yang memenuhi bumi untuk mengusir kegersangan dan kesunyian. Beraneka macam makhluk tersebar dari ujung timur hingga ujung barat berbaur dengan penuh keharmonisan. Begitulah yang diharapkan sesungguhnya dari sebuah kehidupan. Tak ada perpecahan dan juga peperangan. Saling melengkapi untuk mewujudkan misi pribadi maupun golongan. Begitupula hal yang harus dilakukan untuk mewujudkan harmonisasi antar golongan dan juga persahabatan.

Demikianlah yang terjadi dalam sebuah kehidupan. Kehidupan seseorang dengan yang lain selalu berbeda, entah sedikit atau banyak. Perbedaan itulah yang kemudian menuntut kita untuk tetap menjaga harmonisasi agar kehidupan berjalan tanpa perpecahan. Sederhana saja sebenarnya, hiduplah layaknya burung. Ia tak akan kembali ke sangkar sebelum ia kenyang. Tetapi, jika ia dibutuhkan dalam formasi dia pasti bersedia dan tidak akan berjalan sendirian dari luar barisan itu. Karena ia tahu pentingnya menjaga kekompakan dan sinergitas tim.

Dalam hal inilah, yang seringkali kita belum sadar betul. Rasa egois yang begitu tinggi dan terlalu mengedepankan perasaan sering kali menyebabkan kinerja tim terbengkalai bahkan dampak terburuknya ialah kehancuran tim. Memang tidak mudah, tapi juga tidak begitu sulit jika kita mampu memahami. Ya, dalam hal ini, kita dituntut untuk belajar memahami psikologi seseorang. Selain itu, karakter dari masing-masing orang yang berada pada satu tim  juga harus diperhatikan dengan baik. Inilah yang seringkali diabaikan oleh masing-masing orang yang ada di dalam suatu tim tersebut.

Banyak sekali tim yang terpecah belah akibat cara berpikir yang bisa dikatakan belum terlalu dewasa. Terutama dalam menyikapi perasaan (read: cinta) yang tiba-tiba datang tanpa diundang dan pergi tanpa berpamitan. Apalagi perasaan itu bermuara pada seseorang yang sama-sama hidup dalam satu tim. Jika hal tersebut tidak dipelihara secara baik, maka kemungkinan terbesar perasaan tersebut hanya akan membawa racun untuk yang kawan-kawan lain di dalam tim itu.

Ketika racun itu mulai menyebar dan menjangkit semua orang dalam tim, maka bisa dipastikan kesolidan dari tim tersebut akan berkurang atau bahkan hilang. Hal ini menyebabkan sulitnya melakukan sinergi. Meski kita tidak menggeneralisir bahwa semua rasa yang timbul akan menjadi racun. Tapi itulah analisis lapangan yang terjadi. Hal inilah yang akan menghambat kinerja dan kemajuan dari tim tersebut sehingga visi akan sulit dicapai pula.

Oleh karena itu, untuk mewujudkan suatu tim maupun komunitas yang baik haruslah di mulai dari sendiri. Melatih diri sendiri untuk berfikir positif dan tidak mudah seudzon kepada orang lain. Selain itu melatih diri dari sifat iri, dengki, hasud serta amarah. Dan yang paling penting jangan mudah terbawa perasaan sehingga emosional kita dapat terkontrol.  Pastikan sabar dan tawakkal selalu tertanam di dalam hati. Karena itulah kunci dari semua permasalahan yang kita hadapi.

Memang tidak mudah melakukan hal diatas, tapi semua itu butuh pembiasaan. Mencoba terus menerus dan terus menerus mencoba agar diri kita terlatih. Ketika diri kita sudah terlatih, insya allah orang yang akan kita hadapi dapat dengan mudah memahami kita. Selain itu belajar terus menerus untuk memahami karakter dari masing-masing orang dan tak lupa selalu bersikap hati-hati dalam berkata dan berperilaku kepada siapapun.

Jika hal tersebut sudah bisa dilakukan maka, yang akan membangun kekuatan tim yang sangat solid. Sehingga apapun yang dilakukan akan mendukung terwujudnya sebuah visi dari tim maupun komunitas iu sendiri. Termasuk tentang rasa yang tiba-tiba datang akan menjadi energi tersendiri bagi subjek dan objeknya untuk terus melakukan inovasi dan kinerja yang pasti tanpa terbawa perasaan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *