Perempuan adalah makhluk Istimewa. Mereka adalah makhluk yang raganya dibalut oleh kelembutan, tetapi jiwanya punya sejuta kekuatan. Ini bukan hanya sebatas ucapan kata-kata manis. Tapi ini adalah pengakuan kepada mereka, bahwa kaum perempuan adalah para pejuang garis paling depan (front liner) peradaban suatu bangsa. Mereka adalah orang yang paling bertanggung jawab secara biologis meneruskan generasi. Serta ideologis, yang paling bertanggung jawab pertama mendidik generasi yang berkarakter, karena mereka adalah ‘madrosatul ula’.

Tetapi, di sisi lain menjadi perempuan itu sangat berat dan terkadang menyedihkan. Kasus kekerasan terhadap perempuan semakin meningkat setiap tahunnya. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mencatat, sebanyak 25.050 perempuan menjadi korban kekerasan di Indonesia sepanjang 2022. Jumlah tersebut meningkat 15,2% dari tahun sebelumnya sebanyak 21.753 kasus.

Ada banyak bentuk ketidakadilan dan berbagai kasus kekerasan terhadap perempuan seperti; kekerasan fisik, kekerasan seksual, kekerasan psikologis/psikis, sampai traficking.  Ada wanita korban KDRT yang malah menjadi tersangka dan ditahan. Mahasiswi yang tewas dibunuh pacarnya karena menolak berhubungan badan.  Seorang mahasiswi dipaksa menggugurkan bayi hasil hubungan gelap dengan kekasihnya yang seorang oknum polisi, yang akhirnya memilih mengakhiri hidup di samping makam ayahnya. Serta masih banyak kasus lainnya yang belum terekspos oleh media.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan rentannya kekerasan kepada Perempuan. Pertama, karena posisi mereka lemah dan banyak keterbatasan. Sifat asli perempuan yang lemah lembut dan penuh kasih sayang membuat mereka membutuhkan orang yang mampu melindunginya. Terutama, dalam ranah sosial dan segi ekonomi. Sedangkan tidak semua perempuan beruntung, mempunyai keluarga lengkap  dan berada dalam lingkungan yang baik serta dilindungi oleh laki-laki bertanggung jawab. Dijaga oleh pasangan dan disayangi oleh anak-anaknya. Perempuan, terkhusus ketika sudah menjadi ibu mempunyai  banyak batasan. Kelemahan dan keterbatasan itu, bisa dijadikan celah lelaki bertindak semena-mena.

Baca Juga  Laki-laki yang Tidak Bisa Dewasa (Peter Pan Syndrome)

Kedua, banyak lelaki tidak bertanggung jawab. Di dunia ini masih banyak laki-laki bangsat yang memanfaatkan ketampanannya, seragam gagah institusi negara, harta melimpahnya, atau bahkan jabatannya. Hanya untuk mempermainkan perempuan. Hanya untuk bersenang-senang, minimal mengekspolitasi tubuhnya. Ada yang diikat sebagai pasangan kekasih oleh lelaki, tetapi bukan ikatan sah. Ya, jenis lelaki bangsat seperti ini kebiasaannya kalau sudah bosan, perempuan nya ditinggal. Kemudian cari baru. Ketika kecelakaan (hamil), tidak mau tanggung jawab.

Ada juga sosok tipe suami ayam jago. Berpura-pura menjadi jagoan serta pahlawan. Menceker-ceker tanah seolah-olah menemukan sumber makanan. Padahal, hanya untuk memancing betina agar mendekat. Setelah betina datang dan berhasil dirayu, kemudian dikawin. Terus pergi entah kemana dan cari betina lain. Akhirnya, ayam betina yang menjadi korban. Berjuang sendiri mulai dari; bertelur, mengerami berpuluh-puluh hari, dan berjuang sendiri membesarkan anak-anaknya. kalo ini ayam, memang sudah kodratnya seperti itu. Tentu tidak bisa disamakan dengan manusia yang diberi kesempurnaan akal.

Ketiga, adanya paradigma yang menomor duakan kaum perempuan. Kualitas hidup kaum perempuan di Indonesia ini dinilai masih rendah, karena terjebak dalam pola budaya lokal yang cenderung menomorsatukan kaum laki-laki dan menomorduakan kaum perempuan. Akibat paradigma itu,  menjadikan kaum perempuan lemah dalam sistem sosial. Salah satu akibatnya, kesempatan karir perempuan tidak semulus karir kaum laki-laki. Terutama dalam dunia kerja.

Untuk mengurangi jumlah kekerasan pada Perempuan, maka kita harus membuat perempuan menjadi cerdas dan kuat. Melatih para perempuan agar mempunyai banyak skill untuk survive menghadapi dunia nyata. Menguasai berbagai macam skill ini penting bagi perempuan agar tidak dipandang sebelah mata, terutama oleh kaum lelaki. Walaupun kehidupan nyata sekarang ini sangat ketat, penuh persaingan, dan sangat keras. Yang bisa menghadapi itu adalah orang-orang yang unggul, mempunyai kecerdasan, dan selalu upgrade diri. Perubahan yang sangat cepat, mengakibatkan yang gagal beradaptasi akan dilibas dan hilang ditelan zaman.

Baca Juga  KUHP Baru sebagai Kebutuhan Hukum

Permasalahannya, kemampuan survive terutama dalam mata pencaharian dunia kerja untuk mendapatkan uang ini seringkali masih didominasi oleh kaum laki-laki. Sedangkan, kaum perempuan masih kurang. Bukan karena kaum perempuan tidak mampu, akan tetapi karena mereka kurang mendapat kesempatan saja akibat pembagian tanggung jawab sosial. Maka dari itu, agar kaum perempuan nanti mempunyai kemampuan yang sama.  Cara satu-satunya adalah memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya bagi perempuan agar mendapat banyak porsi posisi yang sama.

Perempuan dapat terhindar dari penindasan dan ketidakadilan apabila mereka juga mampu memenuhi kebutuhan ekonomi dan mencukupi kebuhan hidupnya sendiri. Walaupun, permasalah itu bisa teratasi ketika perempuan mendapatkan kesempatan yang sama dalam berkarir. Tetapi, di sisi lain ada masa-masa tertentu di mana perempuan harus meninggalkan pekerjaannya. Karena ada waktunya, perempuan bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya sebagai perempuan, seperti hamil atau mengasuh anak.

Sedangkan, saat ia mengandung atau mempunyai anak dia harus lebih mengandalkan nafkah dari laki-laki yang menjadi pasangannya. Di saat ini, posisi perempuan menjadi sangat rentan dipermainkan oleh kaum lelaki yang tidak tanggung jawab. Dipaksa patuh atau sang lelaki mengancam akan meninggalkan dia yang secara otomatis akan membuat perempuan berjuang sendirian.

Maka dari itu, perempuan yang akan menjadi calon-calon ibu juga harus pandai dalam memilih pasangan. Saat mereka masih di usia belum matang, lebih baik hindari asmara semu (pacaran). Pacaran merupakan hubungan yang tidak terikat dalam perjanjian yang sah. Karena ikatannya tidak sah, banyak laki-laki yang memilih tidak bertanggung jawab. Bahkan terkadang disaat perempuan itu hamil akibat perbuatan si laki-laki. Yang paling merugi akibat pacaran tetaplah perempuan, Apalagi jika dialami di usia belia/remaja. Ia akan kehilangan kesempatan mengenyam pendidikan formal.  Begitupun ketika memilih lelaki yang akan menjadi pasangan sahnya kelak, harus dipilih yang benar-benar matang serta bertanggung jawab. Karena masa depan perempuan apakah akan bahagia atau tidak setelah ia menikah adalah saat mengambil keputusan yang tepat saat itu.

Baca Juga  Perpisahan yang Melegakan

 

Oleh: Muhammad Nor Faiq Zainul Muttaqin, Peneliti Muda Lembaga Studi Agama dan Nasionalisme (LeSAN))

Muhammad Nor Faiq Zainul Muttaqin
Mahasiswa Prodi Magister Hukum S2 UNPAM

    MFH Institute Kediri: Meningkatkan Kesadaran Perlindungan Konsumen dan Data Pribadi dalam Era Digital

    Previous article

    Mengatasi Kebosanan Saat Libur Semester, Apa Saja Tipsnya?

    Next article

    You may also like

    Comments

    Ruang Diskusi

    More in Gagasan