Silat adalah budaya Indonesia. Pencak Silat ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia (Intangible Cultural World Heritage). Sampai saat ini anggota organisasi pencak silat diarsipkan 2007-09-11 di Wayback Machine yang sudah terdaftar/tercatat di PERSILAT sebanyak 66 organisasi di seluruh dunia. Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia). Sedangkan di Indonesia sendiri ada beberapa organisasi silat yang mempunyai banyak masa jumlah anggota. Yaitu; Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), Persaudaraan Setia Hati Winongo (PSHW), Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia (IKSPI) Kera Sakti, Pagar Nusa, Merpati Putih, Perisai Diri, Tapak Suci.
Namun, pencak silat yang harusnya menjadi kebanggaan Indonesia justru sebagian besar dianggap negatif oleh sebagian masyarakat kita. Citra negative ini dikarenakan banyak kasus kekerasan yang terjadi di Indonesia melibatkan beberapa organisasi silat. Ada beberapa kasus seperti; kekerasan, arogansisme, premanisme, tawuran, bahkan pembunuhan yang dilakukan oleh oknum silat. Seperti yang ramai terjadi di Jatim saat ini. Antar organisasi silat saling bentrok. Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf mengungkapkan selama kurun waktu 2021 hingga 2023 terjadi sekitar 400 konflik antarperguruan silat di Jatim. Pernyataan ini disampaikan Pangdam dalam kunjungan kerjanya di Kodim 0812 Lamongan.
Yang lebih parah lagi, ternyata ada ratusan kejadian serupa yang sudah terjadi sebelum-sebelumnya, bukan hanya di Jatim saja. Bahkan tawuran terjadi pula di berbagai kota atau provinsi lainnya di Indonesia. Bahkan yang lebih mencengangkan, tawuran terjadi juga di luar negeri. Seperti kasus tawuran antar anggota organisasi silat WNI yang sempat viral kemarin terjadi di Taiwan. Dalam kasus tersebut menelan korban jiwa akibat dua kelompok yang berseteru. Ternyata kasus bentrokan silat di Indonesia yang terjadi bukan hanya terjadi antar perguruan silat, terkadang juga perguruan silat dengan ormas, atau perguruan silat dengan kelompok suporter, atau dengan kelompok warga.
Ada banyak penyebab mengapa organisasi silat ini berarah pada premanisme. Pertama, rekrutmen asal-asalan dan rebutan massa menjadi anggota. Kalau orang mau masuk instansi atau organisasi, pasti akan dipilih kriteria bagaimana yang boleh masuk tentang standarnya seperti apa? Akan tetapi, perekrutan organisasi silat terkadang terlalu bebas. Semua boleh masuk, sehingga organisasi kecolongan dimasuki orang-orang bermental preman. Selain itu, organisasi silat juga saling berlomba dan saling berebut anggota. Karena, dalam pemikiran mereka perguruan mereka yang harus paling kuat dan paling besar jumlah anggotanya. Karena dalam praktisnya, organisasi silat bukan hanya dijadikan pembekal untuk membela diri ketika bertarung. Akan tetapi, nama organisasi silat bisa menjadi bekingan ketika hidup bermasyarakat. Dalam praktisnya, ketika salah satu anggota mendapat masalah, maka akan dibantu oleh saudara seperguruan untuk menyelesaikannya. Apabila jumlah masanya semakin besar, maka akan semakin ditakuti dan disegani.
Kedua, adalah kurangnya pembinaan dari pelatih, pengurus, atau senior di organisasi. Ketika organisasi silat kecolongan dimasuki oleh orang-orang yang bermental preman. Maka tidak menjadi apa-apa asalkan mereka mendapatkan pembinaan dari para seniornya. Yang bermental preman akan ikut menjadi baik. Namun, jika dalam oraganisasi silat justru yang bermental preman yang mengambil alih, justru berbahaya. Ketika orang-orang bermental preman ini mengisi tempat sebagai pelatih atau pengurus. Maka, bukannya diajarkan nilai luhur tentang persilatan. Malah diarahkan pada premanisme dan arogansisme.
Yang ketiga, adalah penanaman doktrin yang tidak benar. Kenapa organisasi silat sering tawuran, baik antar perguruan silat, melawan Ormas, melawan suporter, bahkan dengan kelompok warga. Itu terkadang diajarkan, baik sengaja atau tidak sengaja. Contoh ketika sedang berkumpul dalam perkumpulan silat, kemudian salah satu dari anggota cerita kalau telah terjadi bentrok silatnya dengan perguruan A atau ketika seniornya bercerita dulu pada zamannya perrnah bentrok dengan perguruan A. Maka, secara otomatis dalam otak anggota sah atau siswa perguruan akan menganggap bahwa Silat A adalah musuhnya.
Yang keempat dan yang paling sering memicu aksi kekerasan adalah medsos yang dibuat oleh oknum perguruan silat atau orang yang tidak bertanggung jawab. Yang dalam kontennya berisi cacian, hinaan, dan adu domba antar perguruan silat. Bahkan, konten medsos ini jauh lebih berbahaya, karena terkadang tidak mudah dilacak atau diketahui siapa pembuatnya. Sehingga, anggota senior, pengurus, dan pelatih perguruan kesulitan untuk mengendalikan. Sebenarnya masih banyak faktor pendukung lainnya yang mengakibatkan perguruan silat selalu terlibat dalam berbagai masalah kekerasan, termasuk adanya bangunan tugu perguruan, kepentingan politik, dll
Untuk mengembalikan citra silat kembali menjadi baik, perguruan harus membuat langkah-langkah perbaikan. Yaitu membuat rekrutmen yang ketat terhadap para calon anggotanya. Jangan semua orang diterima, Jangan hanya standar jasmani saja yang digunakan untuk untuk rekrutmen. Akan tetapi juga harus ada standar rekam jejak bersih dari tindak kriminal, ukuran standar kecerdasan, dan nilai-nilai kerohanian.
Melakukan pembinaan yang baik dan doktrin yang sehat. Pelatih, pengurus, dan senior organisasi harus selalu mengarahkan agar anggotanya menjadi baik. Hilangkan kekerasan yg berlebihan, seperti kekerasan berlebihan dalam latihan dan kenaikan sabuk. Silat memang keras, tapi kekerasan berlebihan tidak dibenarkan. Apalagi sampai mengakibatkan meregang nyawa saat latihan. Pada akhirnya, semua kebingungan saat dimintai pertanggung jawaban. Hilangkan doktrin permusuhan antar perguruan dan kelompok masyarakat. Sampaikan kepada sesama anggota, bahwa organisasi silat ini bukan untuk ajang premanisme dan arogansisme.
Yang paling penting selanjutnya adalah berantas konten adu domba dan hoaks. Senior perguruan harus melarang keras anggotanya yang melakukan pembuatan video cacian dan hinaan, apalagi video hoax. Penegakan hukum harus menindak tegas bagi siapa saja yang membuat profokasi lewat medsos.
Arahkan pencak silat pada prestasi. Prestasi silat bukan hanya di ajang tanding silat yang diselenggarakan oleh IPSI saja. Cakupannya boleh saja lebih luas. Bahkan, di wilayah kami. Pendekar/anggota (warga) silat boleh berlaga di mana saja, boleh ikut kejuaraan kejuaraan Muay Thai, Mixed Martial Art (MMA), dan ajang tanding bela diri lainnya. Masih sedikit pemenang trofi MMA dari silat di Indonesia, apalagi yang tingkatannya kejuaraan dunia. Maka dari itu, mari diarahkan untuk mengisi tempat itu.
Didalam dunia persilatan kita mendapatkan berbagai manfaat dari pendididkan silat. Karena fisik, mental, bahkan kerohanian kita dilatih. Latihan-latihan ini bisa sangat bermanfaat bagi para anggota, terutama bagi yang muda-muda untuk menunjang para anggotanya masuk menjadi abdi negara; bisa TNI, Polri, dan instansi pemerintahan lainnya.
Oleh: Muhammad Nor Faiq Zainul Muttaqin Ketua Ranting Perguruan Silat IKS.PI Kera Sakti Ciledug, Tangerang