Oleh: Muhammad Fachrul Hudallah (Mantan Ketua Umum HMI Komisariat Hasyim Asy’ari Cabang Semarang 2019/2020)

Nahdlatul Ulama mengadakan muktamar ke-34 di Lampung pada tanggal 23-25 Desember 2021 untuk pemilihan Rais Aam dan ketua umum PBNU. Berdasarkan hasil musyawarah Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA), pengasuh pondok pesantren Akhlaq Rangkah, Surabaya yang bernama KH. Miftachul Akhyar terpilih menjadi ketua Rais Aam Syuriyah PBNU. Selanjutnya pada pemilihan ketua umum PBNU, terpilih pengasuh Pondok Pesantren Roudlotut Tholibien, Rembang, Jawa Tengah dengan perolehan 337 suara dari total keseluruhan 547 suara yang bernama KH. Yahya Cholil Staquf.

Ketika Gus Yahya menjadi kandidat hingga memenangkan kursi ketua umum PBNU, opini tentang organisasi HMI dan PMII ramai di publik. Berbagai media sosial, berita, dan lain-lain ramai membicarakannya karena masih hangat untuk di bahas.

Sebelum Gus Yahya memimpin PBNU, mayoritas orang menganggap bahwa HMI adalah organisasi mahasiswa Muhammadiyah. Sepertinya anggapan tersebut keliru dengan bukti Gus Yahya sebagai mantan ketua umum HMI Komisasiat Fisipol UGM Cabang Yogyakarta tahun 1986-1967 dapat memimpin organisasi sebesar Nahdlatul Ulama.

Himpunan Mahasiswa Islam merupakan organisasi yang terbuka bagi mahasiswa yang beragama Islam karena tidak melihat organisasi dan golongan serta latar belakang. Semangat ke-Islaman dan ke-Indonesiaan menjadi latar belakang HMI didirikan hingga tujuannya saat ini adalah terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam, dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridloi Allah SWT sesuai ketentuan pasal 4 AD HMI.

Baca Juga  Isolasi dan Masa Memantaskan Diri

Pendidikan terhadap pluralisme diajarkan di HMI dengan cara ketauhidan. Acuan kader HMI adalah secara esoteris Allah SWT. Organisasi seperti NU, Muhammadiyah, Ahmadiyah, dan lain-lain hanya wadah mahasiswa dalam bermasyarakat yang tidak di intervensi oleh HMI karena memberikan kebebasan memilih. HMI mengajarkan sebagai manusia harus merdeka (insan kamil) yang berjalan menuju kehanifan dengan hati nurani.

Organisasi mahasiswa Islam yang lahir pada tanggal 14 Rabbiul Awal 1366 H atau 5 Februari 1947 banyak melahirkan pemimpin seperti Hamdan Zoelva yang menjadi ketua umum Syarikat Islam (SI), Gus Yahya menjadi ketua umum PBNU, Nurcholish Madjid, Akbar Tanjung, Anis Baswedan, Ahmad Riza Patria, Jusuf Kalla, dan lain sebagainya. Alumni HMI juga mendirikan universitas yang bernama Universitas Insan Cita Indonesia (UICI) dengan Prof. Dr. Laode M Kamaluddin, M.Sc., M. Eng. Sebagai rektor.

Inklusifitas HMI menjadikan landasan kader untuk tidak membeda-bedakan latar belakang di organisasi sehingga akan muncul kedamaian, ketentraman, dan terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridloi Allah SWT.

Maka dari itu, untuk organisasi yang menganggap bahwa HMI adalah untuk orang Muhammadiyah, seharusnya dapat membuka lebar-lebar pandangannya. Muhammadiyah memiliki organisasi mahasiswa bernama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). HMI bersifat independen secara etis dan organisatoris serta tidak berinduk kepada apapun dan siapapun.

 

 

 

 

 

 

Terpilihnya Yahya Cholil Staquf, Hapus Persepsi “HMI bukan NU”

Previous article

“Staquf”

Next article

You may also like

Comments

Ruang Diskusi

More in Zetizen