Oleh: Dr. Mohammad Nasih, M.Si., Guru Utama di Rumah Perkaderan Monasmuda Institute Semarang dan Pengasuh Pesantren-Sekolah Alam Planet Nufo, Pengajar Ilmu Politik FISIP UMJ Jakarta.

Saya berdiskusi sangat dekat dan hangat dengan Dato’ Anwar Ibrahim pada awal tahun 2020 di salah satu ruangan di kampus IIUM Malaysia. Saat itu, KAHMI Malaysia juga mengundangnya untuk menjadi salah satu pembicara dalam rangkaian acara pelantikan pengurus KAHMI Malaysia. Dalam diskusi terbatas di ruang tunggu itu, bukan hanya subtansi saja yang keluar dari suara semangatnya, tetapi juga ingatannya tentang hubungan dekatnya dengan para aktivis HMI saat ia masih muda. Terutama saat dia berada dalam sebuah forum LK HMI di Pekalongan bersama dengan Nurcholish “Cak Nur” Madjid. Persis seperti saat membuka pidato di CTCorp, Dato’ Anwar dengan sangat tepat menyebut alamat PB HMI, Jl. Diponegoro 16.

Dalam pidato yang viral di kalangan aktivis Islam itu, Anwar mengangkat tema “Keadilan dan Kemanusiaan” dalam penyelenggaraan negara. Ini adalah dua tema yang bahkan terdapat dalam doktrin perkaderan HMI, tepatnya di dalam materi Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI. Dengan fasih, lengkap dengan dalil al-Qur’an, hadits, dan juga perkataan sahabat, Dato’ Anwar menguraikan betapa pentingnya keadilan dan kemanusiaan itu diwujudkan.

Diawali dengan perspektif tentang karamah insaniyah (kemuliaan umat manusia) yang didasarkannya kepada firman Allah yang lengkapnya adalah:

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Isra’: 70)

Dalam kenyataan, keadilan dan kemanusiaan itu harus diperjuangkan. Bahkan dia sendiri merasakan ketidakadilan sebagai orang yang terbuang dan dipenjarakan. Namun, semua itu tidak boleh menjadi penghalang untuk terus berjuang. Sikap optimis harus dibangun karena di antara yang dijanjikan oleh Allah bagi orang yang istiqamah dalam perjuangan adalah kemenangan yang dekat.

Baca Juga  Lima Keuntungan Besar Mengajar

وَأُخْرَىٰ تُحِبُّونَهَا ۖ نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ ۗ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ

Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman. (al-Shaff: 13)

Terutama untuk mewujudkan keadilan dan juga kemanusiaan itu, ada beberapa teori dan pandangan yang dikritik oleh Anwar, di antaranya paradigma Keinessian, juga Oswald Spengler, seorang sejarawan Jerman yang melahirkan sikap atau bahkan paham pesimis. Dalam konteks ini, ekonomi tidak bisa sepenuhnya diserahkan kepada pasar. Diperlukan kebijakan politik yang tepat sebagai sebuah ikhtiar dari para pemimpin negara. Kebijakan pemimpin harus optimal sebagaimana disebutkan oleh al-Qur’an sebagai “perbaikan seoptimal mungkin” sebagaimana disebut dalam al-Qur’an yang terangkai dalam kisah Nabi Syu’aib:

قَالَ يَا قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كُنْتُ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَرَزَقَنِي مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا ۚ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَىٰ مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ ۚ إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ ۚ وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ ۚ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ

Syu’aib berkata: “Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari pada-Nya rezeki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali. (Hud: 88)

Para pemimpin negara-negara yang diperkirakan akan mengalami kemelut ekonomi,  menurutnya pasti akan melakukan usaha serius, melakukan perencanaan untuk memperbaiki keadaan. Dengan ikhtiar itu, maka yang pesismisme yang dilontarkan oleh sebagian ilmuan justru akan dapat dihindarkan. Dari sini, nampak kecenderungan anwar sebagai seorang pemimpin optimis, sehingga ikhtiar harus benar-benar dilakukan sekuat tenaga.

Baca Juga  Kesalahan Persepsi Seputar Hafal al-Qur'an

Agar negara benar-benar berfungsi optimal, maka demokrasi harus dibangun degan akuntabilitas yang kuat. Akhlak politik atau etika dan moral politik harus dijunjung tinggi yang bentuk nyatanya adalah kejujuran dalam menjalankan amanah dan pemberantasan korupsi. Ini adalah soal kesesuaian antara perkataan dengan perbuatan sebagaimana firman Allah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ

Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (al-Shaff: 2)

Dari beberapa tokoh pemikir Indonesia, di antaranya adalah Sujatmoko, ada perspektif tentang kemanusiaan kuat. Dan ini dapat ditemukan dalam nasehat Imam Ali bin Abi Thalib kepada Gubernur Mesir, Malik bin Harits al-Asytar saat itu. Dalam ajaran Islam, memang disebut istilah saudara seagama, tetapi juga ada istilah saudara sebagai sesama manusia. Nasehat Khalifah Ali itu sangat penting untuk para pemimpin negara. Yang sangat penting dalam nasehat itu adalah: bertakwa kepada Allah, taat kepadaNya, mengikuti petunjuk yang ada di dalam kitabNya, menolong Allah dengan segenap hati, lisan, dan tangan (kekuasaan) karena Allah akan menolong orang yang menolongNya dan memuliakan orang yang memuliakanNya, dan menghancurkan hawa nafsu. Dimulai dengan itu, pesan Khalifah Ali adalah untuk mencintai dan mengasihi rakyat, dan jangan sampai menjadi seperti binatang buas yang memangsa mereka. Sebab, dalam pandangan Ali, sesungguhnya rakyat hanya satu di antara dua: saudaramu dalam seagama atau serupamu sebagai sesama makhluk. Hal terakhir inilah yang ditekankan oleh Anwar untuk menguatkan orientasi kemanusiaan dalam jika pemimpin negara.

Akuntabilis kepemimpinan sangat ditekankan oleh Nabi Muhammad, sehingga beliau bersabda:

 عن ابن عمر رضي الله عنهماعن النبى – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – انه قَالَ – أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رعيته وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ ألا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Baca Juga  Peta Jalan Memahami Islam

Dari Ibnu Umar ra., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: “Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin atas anggota keluarganya dan akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang istri adalah pemimpin atas rumah tangga dan anak-anaknya dan akan ditanya perihal tanggung jawabnya. Seorang pembantu rumah tangga adalah bertugas memelihara barang milik majikannya dan akan ditanya atas pertanggungjawabannya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya atas pertanggungjawabannya.” (HR Muslim).

Dato’ Anwar juga menyinggung keharusan untuk melahirkan SDM dengan spesialisasi tapi jangan sampai berlebihan atau over. Harus dihindari potensi dampak negatifnya berupa peminggiran kemanusiaan dengan memberikan paradigma dasar umum (kulliyat). Dalam konteks inilah, pendidikan memiliki peran yang sangat penting, sehingga lahir SDM yang spesialis yang tetap menjunjung tinggi kemanusiaan. Perspektif inilah yang menurut Anwar sesuai dengan pernyataan yang dianggap sebagian ulama’ sebagai hadits, tetapi dianggap lemah oleh sebagian yang lain, walaupun maknanya shahih:

أدبني ربي فأحسن تأديبي.

“Tuhanku telah mendidikku dan Dia mendidikku dengan baik”.

Aspek pendidikan ini juga harus dibangun dengan tradisi kritis. Bahkan dalam tradisi Islam, tradisi kritis ini sangat dikembangkan dalam Islam. Dalam berdalil, harus dipastikan sumbernya, apakah al-Qur’an, hadits shahih, atau sumber lainnya. Dan dalam tradisi Islam, sikap kritis itu telah berkembang lama, sebagaimana dicontohkan oleh Ibnu Rusyd dengan Tahafut al-Tahafut ketika mengkritisi pandangan al-Ghazali dalam karyanya yang sangat terkenal Tahafut al-Falasifah.

Anwar mengakhiri pidatonya tentang pentingnya modal. Namun, jangan sampai pemilik modal kemudian menguasai semuanya. Pemimpinlah yang harus memastikan keadilan ekonomi terwujud, sehingga tidak ada orang yang terlalu kaya dan secara bersamaan juga ada orang yang terlalu miskin. Wallahu a’lam bi al-shawab.

Pesan Sederhana

Next article

You may also like

Comments

Ruang Diskusi